Halloween party ideas 2015


FOTO, arabpress
Membaca berita dari pengungsian, membuat hati terharu dan sedih. Di Siria dan Libanon. Penduduk Siria banyak yang mengungsi ke bebrbagai negara. Termasuk ke Libanon yang dekat dengannya. Di sana dijumpai banyak penduduk Siria.

Di pengungsian inilah lahir rasa terharu dan sedih. Hidup mereka tidak tentu. Hari ini hidup, besok belum tentu hidup. Banyak ketergantungan. Keamanan, kesehatan, persediaan pangan, hidup sehat, dan banyak ketergantungan lainnya. Hidup di pengungsian memang menjadi hidup serba ketergantungan. Jika tak ada penopang, hidup akan berakhir. Dan, tamatlah riwayat pengungsian.

Meski, hidup tidak menentu, para pengungsi juga mencoba menentukan kehidupan mereka. Mereka rupanya tidak mau tinggal diam. Mau berbuat semampu mereka. Berusaha agar dalam ketidaktentuan pun, bisa memperoleh ketentuan. Menentukan sesuatu yang tentu dalam situasi tidak tentu.

Mencari sesuatu yang tentu untuk masa depan inilah yang dilakukan Baraa, 10 tahun. Tinggal di pengungsian di Libanon. Dia belajar dan mengajar di tempat pengungsian. Belajar dalam situasi tempat seadaanya. Bayangkan saja situasi pengungsian. Serba tak menentu. Meski demikian, dia mencoba untuk belajar dan berbagi ilmu. Katanya, “Saya membagikan ilmu yang saya dapat dari pelajaran di pagi hari kepada teman-teman lainnya di pengungsian.”

Dia berbagi apa yang dia dapatkan. Di tempat pengungsian pun masih bisa berbagi. Berbagi memang bisa dilakukan di mana saja, dalam situasi terjepit sekali pun. Tak heran, jika dia mengajar bahasa Arab dan tata bahasanya pada anak-anak Libanon. Bahasa Arab tentunya penting bagi anak-anak Libanon dan Siria. Bahasa ini digunakan sebagai alat komunikasi. Namun, bukan saja bahasa Arab yang diajarkan. Baraa membagikan pelajaran lain yang ia dapatkan. Itulah sebabnya, dia mengajarkan pada teman-temannya, kalimat di bawah ini.

Bonjour....comment ca va?....Merci…” Selamat pagi, bagaimana kabarnya? Terima kasih.

Dua tiga kalimat dalam bahasa Perancis. Praktis dan sederhana. Berbagi sesuatu yang sulit pun kini menjadi mudah. Asalkan ada kemauan. Kiranya, Baraa juga didorong oleh kemauan untuk berbagi. Sehingga, bukan saja bahasa Arab yang dibagikan, bahasa Perancis juga dibagikan.

Semuanya tentu berguna. Kelak, apa yang mereka dapatkan dari Baraa akan berguna bagi masa depan mereka. Bahasa Perancis menjadi satu di antara sekian alat komunikasi di antara negara-negara uni-Eropa. Jangan heran jika di Italia pun, pengungsi dari Siria dan negara sekitarnya, sudah bisa berbahasa Perancis. Bisa bahasa Perancis berarti bisa bahasa Italia. Bisa bahasa Italia berarti bisa bahasa Spanyol dan Portugis. Empat bahasa ini berkaitan. Sama-sama lahir dari rahim yang sama yakni bahasa Latin.

Anak-anak pengungsi ini nantinya datang ke Italia atau Perancis, tidak akan mengalami kesulitan yang berat. Dari bahasa Perancis ke bahasa Italia, mudah saja. Seperti bahasa Indonesia dan Melayu atau Malaysia. Kalau tidak dapat pekerjaan di Perancis, mereka bisa cari di Italia. Atau sebaliknya.

Terima kasih Baraa, sudah berbagi ilmu. Salam berbagi untuk sahabat pembaca.

*Tulisan ini diinspirasi dari berita di koran berbahasa Italia, POPOTUS, suplemen dari harian AVVENIRE, edisi 20 Januari 2015.

PRM, 22/2/2015
Gordi

Sono con Lui in questa tentazione

foto da en.jeshield.com
Mai da solo in questa tentazione, diceva mio amico. È come Gesù che sempre con lo spirito santo che ha ricevuto nel battesimo. Lo spirito che gli spinge ad entrare nel deserto, vivere li, e affrontare la tentazione del Satana. In questa situazione Gesù mai da solo. 

Anche noi, possiamo imparare da Gesù. Noi mai da soli. Siamo sempre con Lui. Andiamo con Lui, viviamo con Lui, lavoriamo con Lui, camminiamo con Lui, anche nel deserto, nella tentazione.

Quaranta giorni magari non è una grande tentazione. O, potrebbe essere anche una grande tentazione per ciascuno, ma bisogna ricordare bene che noi siamo con Lui. Lui ci accompagna ad affrontare la tentazione.

Senza di lui, non possiamo andare avanti. Senza di Lui, non possiamo affrontare la tentazione. Senza di lui, non possiamo vincere le tentazioni in questi quaranta giorni. Perciò, chiediamo la grazia di Dio, finché possiamo avere la forza di affrontare, di evitare le tentazioni.

Solo quaranta giorni, ma è un simbolo della vita. Superando questa tentazione di 40 giorni significa superando le tentazioni della vita, diceva un altro amico. Quaranta giorni sono come un esercizio che non si ferma mai nel 40 giorni, ma, per tutta la vita. Esercizio del 40 giorni valgono per tutta la vita.

Buona domenica e buon cammino.

Parma, 21/2/2015
Gordi

seorang sahabat di kota Parma memainkan violinnya saat acara HUT
Dua puluh delapan tahun lalu saya lahir. Hari ini, Minggu 15 Februari 2015, usia saya genap 28 tahun. Ibu saya bercerita bahwa saya lahir pada hari Minggu. Hari ini hari Minggu. Tepat seperti hari kelahiran saya 28 tahun lalu. 

Terima kasih
Saya ungkapkan rasa terima kasih saya kepada Tuhan yang memberikan usia ini. Terima kasih kepada orang tua saya yang melahirkan saya, membesarkan, menyekolahkan, mendukung perjalanan hidup saya, hingga hari ini. Bukan saja orang tua. Teman-teman saya juga. Para guru dan pendidik saya.

Rasa terima kasih ini saya haturkan pertama kali hari ini untuk teman-teman kolega saya di kota Parma, Italia. Ini adalah kali kedua saya merayakan hari ulang tahun di kota ini, di negara Italia ini.

Tepat setelah doa pagi, mereka memeluk saya dan mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN. Pelukan itu berarti tanda mereka menyanyangi saya, mengucap syukur pada Tuhan bersama saya. Saya ingat momen-momen seperti ini ketika berada di rumah. Satu per satu mereka datang dan mengucapkan, AUGURI, HAPPY BIRTHDAY, SELAMAT ULANG TAHUN, BUON COMPLEANNO. Saya membalas dengan ucapan GRAZIE, TERIMA KASIH, THANK YOU.

Ratusan ucapan
Ungkapan SELAMAT ULANG TAHUN ini juga saya terima dari teman-teman jauh melalui dunia maya. Ada yang mengirim lewat email, pesan face book, komentar di blog kompasian, dan dinding face book. Mereka menulisnya dalam berbagai bahasa, Indonesia tentunya mayoritas, Italia, Inggris, juga Spanyol, dan Portugis. Saya terharu dan berterima kasih pada Tuhan dan pada teman-teman semua yang mengirim ucapan ini.
tiup lilinnya....
Dari segi jumlah, ada peningkatan. Tahun lalu hampir ratusan pesan dan ucapan. Tahun ini meningkat menjadi hampir 200-an. Bukan saja pada 15 Februari, ada yang mengirim keesokannya bahkan sampai 4 hari berturut-turut. Saya menjadi terkenal dengan banyaknya pesan yang datang ini. Kata teman saya di Minggu pagi ini, Sei diventa famoso oggi, you are most famous today.

Usia Berkurang
Keponakan saya berkomentar usia saya bertambah maka saya juga tambah tua. Memang benar. Dan, semoga bertambah usia, bertambah bijaksana, pikir saya. Seorang teman berkomentar, SELAMAT BERKURANG USIA ya. Benar juga. Usia bertambah berarti usia berkurang. Usia masa hidup memang bertambah menjadi 28 tetapi usia untuk hidup di planet bumi ini juga sekaligus berkurang. Makin tua saya tinggal di bumi, makin dekat masa akhir hidup saya. Ini hukum alam.

Saya tak peduli dengan semua ini. Saya hanya mengucap terima kasih beribu-ribu kali lagi untuk anugerah terindah ini. Anugerah yang saya terima dan juga saya rasakan dari sesama. Anugerah itu datang dari Tuhan dan juga dari sesama. Entah mengapa saya merasa terharu dengan ucapan selamat ulang tahun yang saya terima tahun ini.

Yang jauh saja, mau mengirim ucapan via internet. Yang dekat, malah, ucapkan langsung. Baik yang tinggal serumah dengan saya, maupun di paroki tempat saya membantu mengajar anak-anak setiap hari Minggu. Pastor paroki mengumumkan jika hari ini hari ulang tahun saya. Semua dengan lantang mengucapkan TANTI AUGURI. Anak-anak yang saya dampingi juga datang mengucapkan dan memeluk saya beramai-ramai. Orang tua mereka mengucapkan sekali lagi, HAPPY BIRTHDAY, sesaat setelah misa usai.

Terima kasih Tuhan. Ini kali kedua saya merayakan ulang tahun di kota ini dan di negara tercinta ini. Jauh dari Indonesia namun merasa dekat dengan membaca pesan SELAMAT ULANG TAHUN dalam bahasa Indonesia. Cukup sampai di sini saja. Terima kasih untuk kalian semua yang mengucapkan tanda kasih sayang ini pada saya.

Parma, 15 Februari 2015
Gordi

LA NOSTRA FEDE E’ COME CENERE

foto da www.parrocchiagavarnorinnovata.org  
Signore, la nostra fede è come cenere,
tiepida e inconsistente!
La nostra speranza è come cenere:
leggera e portata dal vento.
Il nostro sguardo è come la cenere:
grigio e spento.
Le nostre mani sono come la cenere:
quanta polvere!
La nostra comunità è come la cenere:
quanta dispersione!
Signore Dio nostro, ti ringraziamo
Perché nel cammino di quaranta giorni
che oggi iniziamo, il soffio del tuo Spirito
accende di nuovo il suo fuoco
che cova sotto le nostre ceneri.
Amen.


*del foglietto per la messa alla Chiesa Santa Cristina-Parma.

LA PREGHIERA VI DOMENICA DEL TEMPO ORDINARIO
15 FEBBRAIO 2015
di Roberto Laurita
foto da www.frateindovino.eu

Sono anch'io un lebbroso, Signore,
quando la mia malattia dell’anima
desta orrore in chi mi sta vicino
e per questo cerca in ogni modo
di tenermi alla larga.
Ma tu mi vieni incontro
E spezzi il mio isolamento,
tu infrangi le barriere
che mi separano dagli altri,
tu guarisci la mia incapacità
di comunicare e di amare.

Sono anch’io un lebbroso, Signore,
quando il mio volto viene sfigurato
dall’orgoglio o dalla superbia,
dalla gelosia o dall’egoismo,
e il mio cuore si indurisce
al punto di essere impermeabile
ad ogni richiesta di aiuto.
Ma tu, che hai un animo limpido,
non hai nessuna paura del contagio.
Per questo non esiti a toccarmi
Per risanare la mia anima
E restituirle la possibilità
Di accogliere e di sostenere,
di provare misericordia e compassione.

Sono anch’io un lebbroso, Signore,
quando sono tutto preso
dai miei progetti, dalla mia voglia di riuscire,
dai vantaggi che posso ricavare,
dalla brama di accumulare,
dalla voglia di vincere a qualsiasi costo.
Solo tu puoi guarire questa lebbra
Con la tua parola di tenerezza.

*del foglietto per la messa alla Chiesa Santa Cristina-Parma.

PREGHIERA DELLA FRATELLANZA (VOLTAIRE)

foto da lucideimaestri.situswebs.com
Tu non ci hai donato un cuore per odiarci l’un l’altro
né delle mani per sgozzarci a vicenda;
fa che noi ci aiutiamo vicendevolmente a sopportare
il fardello di una vita penosa e passeggera.
Fa sì che le piccole differenze tra i vestiti
che coprono i nostri deboli corpi,
tra tutte le nostre lingue inadeguate,
tra tutte le nostre usanze ridicole,
tra tutte le nostre leggi imperfette,
tra tutte le nostre opinioni insensate,
tra tutte le nostre convinzioni così diseguali ai nostri occhi
e così uguali davanti a te,
insomma che tutte queste piccole sfumature che
distinguono gli atomi chiamati “uomini”
non siano altrettanti segnali di odio e di persecuzione…

*del foglietto per la messa alla Chiesa Santa Cristina-Parma.

gambar dari google www.wisatalintasindonesia.com
Aku mau pergi
Dari sini ke sana
Dari daerah ke kota
Bukan mau jalan-jalan
Bukan mau studi banding
Bukan mau meneliti
Aku pergi untuk suatu tugas
Tugas belajar bersama
Berbagi pengalaman
Enam bulan kami berjauhan
Kini kami mendekat
Ada cerita baru tentunya
Kawan bentar lagi kita merapat
Mungkin kamu sudah tiba di sana
Aku dalam perjalanan
Doakan agar kita bertemu
*Sebelum berangkat ke kota Metropolitan…..

PA, 5/1/13
Gordi

Dari Daerah ke Kota







gambar dari google menulisberita-rihad.blogspot.com
Pagi-pagi sudah tengok. Tengok apa yah…. Tengok apa saja boleh. Kalau akutengok berita di koran. 

Ya koran. Koran yang menggoda bak gadis cantik. Koran itu membuatku duduk sebentar dan membuka halaman demi halaman. Nah koran ini membuat saya kecanduan. Candu untuk duduk.

Kalau sudah duduk, berat untuk berdiri. Bisa berdiri jika semua halaman sudah terlihat. Kadang-kadang kalau ada berita menarik numpang sebentar. Baca dulu. Yang lain tinggal melihat judulnya saja.

Meski waktu untuk membaca koran ada. Biasanya setelah makan siang dan malam. Ini waktu yang saya sediakan. Sambil menunggu makanan masuk ke perut, mata dan otak bekerja.

Membuka halaman koran dan membaca isinya. Satu per satu akhirnya tuntas. Kalau pun belum masih ada waktu setelah makan malam atau sore hari.

Tetapi koran itu tetap saja menggoda. Mengulur waktu di pagi hari gara-garakepengen membaca koran. Okelah mau membaca. Tidak dilarang. Tetapi perhatikan juga waktunya. Pagi hari adalah waktu untuk bekerja. Mengerjakan tugas utama.

Pagi-pagi sudah tengok. Tengok berita. Padahal masih banyak anak-anak dan pemuda dewasa di daerah terpencil yang tidak membaca koran. Jangankan koran bahan bacaan lain saja susah didapat. Buku bacaan tidak ada. Majalah juga tidak ada. Kalau pun ada ya bekas saja.

Tetapi yang lebih parah adalah mereka yang tidak punya niat untuk membaca. Ini berbahaya. Ada koran dan buku bacaan pun belum tentu mereka baca.

Yang penting adalah niat untuk membaca. Kalau niat ini ada, bacaan dan koran pun akan dicari sampai dapat. Niat membaca ini seperti candu rokok. Berapa pun harganya, perokok candu ini akan membelinya.

Andai pecandu rokok di negeri ini sekaligus juga pecandu baca, tidak ada lagi labelmasyarakat buta huruf. Semua bisa membaca. Bisa mengembangkan wawasan berpikir.

PA, 5/1/13
Gordi

Pagi-pagiSudah Ditengok….

gambar dari google bisnis.liputan6.com
Untung sekali malam ini saya membuka email. Biasanya memang saya jarang mengecek email. 

Ada dua email yang saya pakai. Satu yahoo dan satu google. Yahoo sering dicek karena ini email yang sering digunakan. Apalagi kompasiana juga memakai email ini.

Google dibuat karena yahoo tidak bisa mengirim file yang agak besar. Lama kelamaan google ini dipakai untuk mengirim file yang besar. Juga untuk mengirim pesan ke sahabat dan teman yang mempunyai akun google.

Enam hari lalu saya mengirim email kepada seorang sahabat. Saya meneleeponnya setelah mengirim. Dia pun menjanjikan akan mengecek.

Rupanya dia lupa mengecek. Saya menunggu email konfirmasi tetapi tidak ada. Saya mengira terjadi kesalahan tetapi tidak menemukan kesalahan. Hari ini saya berniat untuk mengecek. Dan ternyata benar. Ada pesan di kotak masuk. Pesan dari dia. Ternyata file yang saya lampirkan hilang.

Hari ini kami dipertemukan lagi. Dia mengecek duluan dan saya kemudian. Saya melengkapi file yang diminta.

Beruntung cepat dicek. Kalau tidak, saya dan dia kewalahan. Saya mungkin yang paling kewalahan. Sebab, tidak lama lagi file itu akan dijadikan bahan untuk didiskusikan. Penting sekali mengecek email setiap hari.

PA, 4/1/13
Gordi

JanganLupa Cek Email Anda






Gambar dari google, www.tempo.co
Kalian dipercayakan menjadi wakil kami
Kami rakyat kecil
Semula kami bingung
Untuk apa? Mengapa?
Kalian datang membawa janji pengharapan

Kalian akan sejahtera
Kalian akan menikmati biaya pendidikan
Kalian akan mendapat sumbangan
Jalan-jalan desa diaspal
Kelak kalian akan menjual hasil tanam ke kota

Demikian sebagian janji kalian
Kami ingat janji itu
Kami mengharapkan janji itu
Kami berpikir memang itu akan jadi nyata

Sekian lama kami menunggu
Janji itu tidak ada hasilnya
Kalian ternyata mengajari kami mengobral janji
Kalian bilang kami akan bekerja untuk kalian
Nyatanya kalian selalu bepergian ke luar kota dan keluar negeri

Kami kadang-kadang kesal dengan perilaku kalian
Mentang-mentang sudah ada jaminan gajinya
Seenaknya saja bepergian ke mana-mana
Kami terpaksa melabeli kalian pengisap uang rakyat
Menghabiskan uang rakyat

Kami rakyat bekerja sampai berkeringat
Lalu kami diberi formulir pengisian pajak
Kami membayar pajak
Kami taat pada peraturan negara
Kami tidak mengisap uang negara
Tetapi mengapa kalian menghabiskan uang untuk bepergian ke mana-mana?

Kami tetap bekerja di kebun sewaktu liburan
Kalian entah mengerjakan apa
Jangan-jangan bepergian ke mana-mana
Membawa mobil dan menabrak orang

Yang jelas kami tahu
Kalian bisa menambah jadwal liburan
Hari pertama seuasai libur kalian tidak ada

Jangan mengajari kami untuk mengorupsi waktu

PA, 4/1/13
Gordi

gambar dari google amihec.deviantart.com
Dua kata
Tak lebih
Tak kurang 

Itu yang aku berikan
Harap engkau terima
Aku memberi dari hati

Bukan mengumbar sesaat
Apalagi menyesatkan, bukan
Kita sudah selesai

Sampai di sini saja
Tak mau berlanjut
Nanti terjadi sesuatu

Kuharap engkau mengerti
Kita tak bisa bersua lagi
Meski indah jika diingat

Anggap saja semua kenangan
Hari-hari telah kita lalui
Engkau merasa dekat denganku
Tak mau berjauhan
Seolah-olah ada magnet yang menarik

Kini kita mencoba berjauhan
Mencoba karena belum terbiasa
Ini kebiasaan baru
Suka tidak suka mesti kita lakukan

Semua indah pada waktunya
Ada waktu untuk bersama
Ada waktu untuk berpisah
Dua kata untukmu

Selamat jalan…..

PA, 3/1/13
Gordi

gambar dari google www.merdeka.com
Banjir menjadi bahaya yang sering melanda warga Indonesia. Di berbagai daerah warga mengalami bencana ini. Menjadi aneh karena banjir terjadi bukan hanya dikota tetapi juga di daerah. Mengapa semua ini terjadi? 

Banjir menjadi tanda sekaligus rambu bahwa alam Indonesia sudah rusak parah. Kita mulai dengan banjir di Jakarta. Penyebabnya di sini banyak. Yang jelas terlihat adalah masalah sampah. Sampah menyumbat semua saluran air. Juga tanah yang dilapisi beton dan semen.

Selain itu banjir di Jakrta disebabkan oleh tidak adanya resapan air di daerah puncak. Air dari puncak mengalir tanpa meresap di tanah. Di puncak tanah resapan berkurang. Di mana-mana ada semen dan beton. Vila, penginapan, dan hotel dibangun di mana-mana.
Banjir bukan hanya di Jakarta. KOMPAS hari ini mewartakan banjir di beberapa kota.
Paling tidak di empat pulau. Jawa di Bojonegoro, Jawa Timur, Kalimantan di Jalan Trans-Kalimantan, Sumatera di Aceh dan Sulawesi di Makasar. Empat daerah ini berada di 4 dari 5 pulau besar di Indonesia.

Saya kira sudah cukup bukti untuk mengatakan alam Indonesia sudah rusak parah. Kita belum bicara soal alam di bawah laut. Tetapi di darat kita sudah lihat dengan mata kepala sendiri.

Tambang minyak bumi dan batu bara serta perusahaan kelapa sawit masih menyebar di mana-mana. Kita tidak terlalu berani mengatakan bahwa beberapa hal ini menajdi penyebab rusaknya alam. Tetapi dari hasilnya kita sudah melihat. Bekas daerah tambang menyisakan lobang menganga yang tak bisa digunakan lagi.

Jadi, tunggu bukti apa lagi untuk menanggulangi bahaya rusaknya alam Indonesia? Kita semua terpanggil untuk menjaga alam ini. Rasanya terlambat untuk melempar kesalahan kepada para pengusaha tambang dan kelapa sawit.

Yang mendesak sekarang ini adalah bagaimana kita menjaga alam kita. Yanggersang ditanami seuatu. Yang masih bisa ditanam kita tanam dengan berbagai jenis pohon. Yang longsor kita tanam dengan pohon penyangga. Yangtersumbat kita lancarkan. Mari bersatu menjaga alam Indonesia.

PA, 4/1/13
Gordi

Banjir: Tanda Rusaknya Alam Indonesia

gambar dari google www.republika.co.id
Pemerkosa! Kata yang sering muncul di media massa akhir-akhir ini. Pemerkosaanmemang marak terjadi. 

Dalam negeri juga luar negeri. India adalah salah satu negara yang terkenal dengan kasus pemerkosaan. Entah mungkin ada negara lain tetapi India sudah terkenal. Boleh jadi di tempat lain banyak juga tetapi media belum melaporkan.

Pemerkosa di India itu keterlaluan. Jumlahnya lebih dari satu. Bayangkan betapa menderitanya korban perkosaan mereka. Mahasiswi kedokteran. Bukan hanya diperkosa, mahasiswi ini juga diancam digilas bus. Apa yang dicari para pemerkosa itu?
Pemuasan nafsu seksuksual? Harta? Ataukah ada dendam kesumat?

Mengikuti perkembangan beritanya, kasus ini berkategori kriminal. Boleh jadi ada alasan lain selain hanya mau memerkosa dan mengambil harta benda korban. Seburuk itukah pengamanan di India?

Sebenarnya bukan hanya di India. Kasus pemerkosaan bisa terjadi di mana saja.Kapan saja. Oleh karena itu, setiap orang perlu waspada.

Korban paling banyak adalah kaum hawa. Banyak tips yang ada untuk menghindari kasus seperti ini. Tinggal saja pilih yang sesuai. Perlu kenal situasi dan kondisi. Sebab, satu jurus tak mungkin berlaku untuk semua.

Tetapi pesan untuk kaum adam adalah jangan jadi pemerkosa. Sekali jadi pemerkosa, akan ketagihan untuk melakukan hal yang sama. Setelah itu, siap-siaplah masuk penjara. Atau kena hukuman yang setimpal. Kalau pihak korban menuntut untuk dihukum mati, siap-siaplah. Segala bentuk kejahatan ada hukumannya.

PA, 3/1/13
Gordi

Hukuman Mati Untuk Pemerkosa?



gambar dari https://www.teraspelangi1991.blogspot.com
Andai aku boleh berontak pada Tuhan
Aku akan berontak 
Aku marah Tuhan
Mengapa hujan ini turun terus
Tidakkah Engkau tahu kami mau pulang ke rumah?

Kami tidak punya mobil seperti orang kaya
Kami hanya punya sepeda motor
Kami basah jika hujan tak henti
Kalau kami punya mobil kami tidak basah.

Tuhan hentikan hujan ini
Kami mau pulang
Ataukah Engkau menyiksa kami?

Kami memang tak pernah puas dengan pemberian-Mu
Waktu kemarau kami minta hujan
Waktu turun hujan kami minta musim kering.

Ada-ada saja permintaan kami
Kami kadang-kadang manja pada-Mu Tuhan.

Bantulah kami Tuhan memaknai pemberian-Mu.
Buatlah kami merasa puas dan cukup dengan apa yang ada.

PA, 2/1/13
Gordi

MESSAGE OF HIS HOLINESS POPE FRANCIS
FOR THE THIRTEENTH WORLD YOUTH DAY 

2015



Blessed are the pure in heart, for they shall see God (Mt 5: 8)

Dear Young Friends,
We continue our spiritual pilgrimage toward Krakow, where in July 2016 the next international World Youth Day will be held. As our guide for the journey we have chosen the Beatitudes. Last year we reflected on the beatitude of the poor in spirit, within the greater context of the Sermon on the Mount. Together we discovered the revolutionary meaning of the Beatitudes and the powerful summons of Jesus to embark courageously upon the exciting quest for happiness. This year we will reflect on the sixth beatitude: “Blessed are the pure in heart, for they shall see God” (Mt 5:8).

1. The desire for happiness
The word “blessed”, or “happy”, occurs nine times in this, Jesus’ first great sermon (cf. Mt 5:1-12). It is like a refrain reminding us of the Lord’s call to advance together with him on a road which, for all its many challenges, leads to true happiness.
Dear young friends, this search for happiness is shared by people of all times and all ages. God has placed in the heart of every man and woman an irrepressible desire for happiness, for fulfillment. Have you not noticed that your hearts are restless, always searching for a treasure which can satisfy their thirst for the infinite?

The first chapters of the Book of Genesis show us the splendid “beatitude” to which we are called. It consists in perfect communion with God, with others, with nature, and with ourselves. To approach God freely, to see him and to be close to him, was part of his plan for us from the beginning; his divine light was meant to illumine every human relationship with truth and transparency. In the state of original purity, there was no need to put on masks, to engage in ploys or to attempt to conceal ourselves from one another. Everything was clear and pure.

When Adam and Eve yielded to temptation and broke off this relationship of trusting communion with God, sin entered into human history (cf. Gen 3). The effects were immediately evident, within themselves, in their relationship with each other and with nature. And how dramatic the effects are! Our original purity as defiled. From that time on, we were no longer capable of closeness to God. Men and women began to conceal themselves, to cover their nakedness. Lacking the light which comes from seeing the Lord, they saw everything around them in a distorted fashion, myopically. The inner compass which had guided them in their quest for happiness lost its point of reference, and the attractions of power, wealth, possessions, and a desire for pleasure at all costs, led them to the abyss of sorrow and anguish.

In the Psalms we hear the heartfelt plea which mankind makes to God: “What can bring us happiness? Let the light of your face shine on us, O Lord” (Ps 4:7). The Father, in his infinite goodness, responded to this plea by sending his Son. In Jesus, God has taken on a human face. Through his Incarnation, life, death and resurrection, Jesus frees us from sin and opens new and hitherto unimaginable horizons.

Dear young men and women, in Christ you find fulfilled your every desire for goodness and happiness. He alone can satisfy your deepest longings, which are so often clouded by deceptive worldly promises. As Saint John Paul II said: “He is the beauty to which you are so attracted; it is he who provokes you with that thirst for fullness that will not let you settle for compromise; it is he who urges you to shed the masks of a false life; it is he who reads in your hearts your most genuine choices, the choices that others try to stifle. It is Jesus who stirs in you the desire to do something great with your lives” (cf.Discourse at the Prayer Vigil at Tor Vergata, 19 August 2000: Insegnamenti XXIII/2, [2000], 212).

2. Blessed are the pure in heart…
Let us now try to understand more fully how this blessedness comes about through purity of heart. First of all, we need to appreciate the biblical meaning of the word heart. In Hebrew thought, the heart is the centre of the emotions, thoughts and intentions of the human person. Since the Bible teaches us that God does not look to appearances, but to the heart (cf. 1 Sam 16:7), we can also say that it is from the heart that we see God. This is because the heart is really the human being in his or her totality as a unity of body and soul, in his or her ability to love and to be loved.

As for the definition of the word pure, however, the Greek word used by the evangelist Matthew is katharos, which basically means clean, pure, undefiled. In the Gospel we see Jesus reject a certain conception of ritual purity bound to exterior practices, one which forbade all contact with things and people (including lepers and strangers) considered impure. To the Pharisees who, like so many Jews of their time, ate nothing without first performing ritual ablutions and observing the many traditions associated with cleansing vessels, Jesus responds categorically: “There is nothing outside a man which by going into him can defile him; but the things which come out of a man are what defile him. For from within, out of the heart of man, come evil thoughts, fornication, theft, murder, adultery, coveting, wickedness, deceit, licentiousness, envy, slander, pride, foolishness” (Mk 7:15, 21-22).

In what, then, does the happiness born of a pure heart consist? From Jesus’ list of the evils which make someone impure, we see that the question has to do above all with the area of our relationships. Each one of us must learn to discern what can “defile” his or her heart and to form his or her conscience rightly and sensibly, so as to be capable of “discerning the will of God, what is good and acceptable and perfect” (Rom 12:2). We need to show a healthy concern for creation, for the purity of our air, water and food, but how much more do we need to protect the purity of what is most precious of all: our heart and our relationships. This “human ecology” will help us to breathe the pure air that comes from beauty, from true love, and from holiness.

Once I asked you the question: “Where is your treasure? In what does your heart find its rest?” (cf. Interview with Young People from Belgium, 31 March 2014). Our hearts can be attached to true or false treasures, they can find genuine rest or they can simply slumber, becoming lazy and lethargic. The greatest good we can have in life is our relationship with God. Are you convinced of this? Do you realize how much you are worth in the eyes of God? Do you know that you are loved and welcomed by him unconditionally, as indeed you are? Once we lose our sense of this, we human beings become an incomprehensible enigma, for it is the knowledge that we are loved unconditionally by God which gives meaning to our lives. Do you remember the conversation that Jesus had with the rich young man (cf. Mk 10:17-22)? The evangelist Mark observes that the Lord looked upon him and loved him (v. 21), and invited him to follow him and thus to find true riches. I hope, dear young friends, that this loving gaze of Christ will accompany each of you throughout life.

Youth is a time of life when your desire for a love which is genuine, beautiful and expansive begins to blossom in your hearts. How powerful is this ability to love and to be loved! Do not let this precious treasure be debased, destroyed or spoiled. That is what happens when we start to use our neighbours for our own selfish ends, even as objects of pleasure. Hearts are broken and sadness follows upon these negative experiences. I urge you: Do not be afraid of true love, the love that Jesus teaches us and which Saint Paul describes as “patient and kind”. Paul says: “Love is not jealous or boastful; it is not arrogant or rude. Love does not insist on its own way; it is not irritable or resentful; it does not rejoice at wrong, but rejoices in the right. Love bears all things, believes all things, hopes all things, endures all things” (1 Cor 13:4-8).

In encouraging you to rediscover the beauty of the human vocation to love, I also urge you to rebel against the widespread tendency to reduce love to something banal, reducing it to its sexual aspect alone, deprived of its essential characteristics of beauty, communion, fidelity and responsibility. Dear young friends, “in a culture of relativism and the ephemeral, many preach the importance of ‘enjoying’ the moment. They say that it is not worth making a life-long commitment, making a definitive decision, ‘for ever’, because we do not know what tomorrow will bring. I ask you, instead, to be revolutionaries, I ask you to swim against the tide; yes, I am asking you to rebel against this culture that sees everything as temporary and that ultimately believes you are incapable of responsibility, that believes you are incapable of true love. I have confidence in you and I pray for you. Have the courage to ‘swim against the tide’. And also have the courage to be happy” (Meeting with the Volunteers of the XXVIII Word Youth Day, 28 July 2013).

You young people are brave adventurers! If you allow yourselves to discover the rich teachings of the Church on love, you will discover that Christianity does not consist of a series of prohibitions which stifle our desire for happiness, but rather a project for life capable of captivating our hearts.

3. …for they shall see God
In the heart of each man and woman, the Lord’s invitation constantly resounds: “Seek my face!” (Ps 27:8). At the same time, we must always realize that we are poor sinners. For example, we read in the Book of Psalms: “Who can climb the mountain of the Lord? Who shall stand in his holy place? The one who has clean hands and a pure heart” (Ps 24:3-4). But we must never be afraid or discouraged: throughout the Bible and in the history of each one of us we see that it is always God who takes the first step. He purifies us so that we can come into his presence.

When the prophet Isaiah heard the Lord’s call to speak in his name, he was terrified and said: “Woe is me! For I am lost; for I am a man of unclean lips” (Is 6:5). And yet the Lord purified him, sending to him an angel who touched his lips, saying: “Your guilt is taken away, and your sin is forgiven” (v. 7). In the New Testament, when on the shores of lake Genessaret Jesus called his first disciples and performed the sign of the miraculous catch of fish, Simon Peter fell at his feet, exclaiming: “Depart from me, for I am a sinful man, O Lord” (Lk 5:8). Jesus’ reply was immediate: “Do not be afraid; henceforth you will be fishers of men” (v. 10). And when one of the disciples of Jesus asked him: “Lord, show us the Father, and we shall be satisfied”, the Master replied: “He who has seen me has seen the Father (Jn 14:8-9).

The Lord’s invitation to encounter him is made to each of you, in whatever place or situation you find yourself. It suffices to have the desire for “a renewed personal encounter with Jesus Christ, or at least an openness to letting him encounter you; I ask all of you to do this unfailingly each day” (cf. Evangelii Gaudium, 3). We are all sinners, needing to be purified by the Lord. But it is enough to take a small step towards Jesus to realize that he awaits us always with open arms, particularly in the sacrament of Reconciliation, a privileged opportunity to encounter that divine mercy which purifies us and renews our hearts.

Dear young people, the Lord wants to meet us, to let himself “be seen” by us. “And how?”, you might ask me. Saint Teresa of Avila, born in Spain five hundred years ago, even as a young girl, said to her parents, “I want to see God”. She subsequently discovered the way of prayer as “an intimate friendship with the One who makes us feel loved” (Autobiography, 8,5). So my question to you is this: “Are you praying?” Do you know that you can speak with Jesus, with the Father, with the Holy Spirit, as you speak to a friend? And not just any friend, but the greatest and most trusted of your friends! You will discover what one of his parishioners told the Curé of Ars: “When I pray before the tabernacle, ‘I look at him, and he looks at me’” (Catechism of the Catholic Church, 2715).

Once again I invite you to encounter the Lord by frequently reading sacred Scripture. If you are not already in the habit of doing so, begin with the Gospels. Read a line or two each day. Let God’s word speak to your heart and enlighten your path (cf. Ps 119:105). You will discover that God can be “seen” also in the face of your brothers and sisters, especially those who are most forgotten: the poor, the hungry, those who thirst, strangers, the sick, those imprisoned (cf. Mt 25:31-46). Have you ever had this experience? Dear young people, in order to enter into the logic of the Kingdom of Heaven, we must recognize that we are poor with the poor. A pure heart is necessarily one which has been stripped bare, a heart that knows how to bend down and share its life with those most in need.

Encountering God in prayer, the reading of the Bible and in the fraternal life will help you better to know the Lord and yourselves. Like the disciples on the way to Emmaus (cf. Lk 24:13-35), the Lord’s voice will make your hearts burn within you. He will open your eyes to recognize his presence and to discover the loving plan he has for your life.
Some of you feel, or will soon feel, the Lord’s call to married life, to forming a family. Many people today think that this vocation is “outdated”, but that is not true! For this very reason, the ecclesial community has been engaged in a special period of reflection on the vocation and the mission of the family in the Church and the contemporary world. I also ask you to consider whether you are being called to the consecrated life or the priesthood. How beautiful it is to see young people who embrace the call to dedicate themselves fully to Christ and to the service of his Church! Challenge yourselves, and with a pure heart do not be afraid of what God is asking of you! From your “yes” to the Lord’s call, you will become new seeds of hope in the Church and in society. Never forget: God’s will is our happiness!

4. On the way to Krakow
“Blessed are the pure in heart, for they shall see God” (Mt 5:8). Dear young men and women, as you see, this beatitude speaks directly to your lives and is a guarantee of your happiness. So once more I urge you: Have the courage to be happy!

This year’s World Youth Day begins the final stage of preparations for the great gathering of young people from around the world in Krakow in 2016. Thirty years ago Saint John Paul II instituted World Youth Days in the Church. This pilgrimage of young people from every continent under the guidance of the Successor of Peter has truly been a providential and prophetic initiative. Together let us thank the Lord for the precious fruits which these World Youth Days have produced in the lives of countless young people in every part of the globe! How many amazing discoveries have been made, especially the discovery that Christ is the Way, the Truth and the Life! How many people have realized that the Church is a big and welcoming family! How many conversions, how many vocations have these gatherings produced! May the saintly Pope, the Patron of World Youth Day, intercede on behalf of our pilgrimage toward his beloved Krakow. And may the maternal gaze of the Blessed Virgin Mary, full of grace, all-beautiful and all-pure, accompany us at every step along the way.

From the Vatican, 31 January 2015
Memorial of Saint John Bosco
FRANCIS

© Copyright - Libreria Editrice Vaticana


Others informations here
Powered by Blogger.