Halloween party ideas 2015
Showing posts with label Menulis. Show all posts

Gimana Sich Cara Nulis Puisi Keren?

Pertanyaan yang berbobot dan bermanfaat. Dua predikat yang penting untuk warga kompasiana.

Pertanyaan di atas dilontarkan oleh seorang kompasianaer, AS (maz gordi slalu bisa buat puisi yang keren ,, bagi tipsnya dong). Entah dia bertanya serius atau hanya iseng saja. Yang jelas pertanyaan itu disematkan pada kolom komentar tulisan saya. 
Arizona San24 April 2013 03:38:55
.. amin
maz gordi slalu bisa buat puisi yang keren ,, bagi tipsnya dong :)
]

Saya sebagai penulis pun bangga bisa ditanya demikian. Saya tidak menjawab langsung. Saya hanya merasa tulisan saya berbobot juga. Saya bangga jika tulisan saya menjadi sumber pertanyaan bagi pembaca. Bertanya bagi saya menjadi langkah awal untuk belajar hal baru. Demikianlah yang didengung-dengungkan dosen Filsafat di kampus saya dulu. “Kalau kalian tidak rajin bertanya, kalian belum memasuki dunia Filsafat.”

Saya jadi ingat salah satu defenisi filsafat, ilmu yang berawal dari pertanyaan dan berakhir dengan pertanyaan juga. Saya pun sebenarnya ehndaknya ebrtanya pada kompasianer yang bertanya itu, Mengapa kamu bertanya demikian?

Tentu ada dasarnya. Paling tidak dia sudah membaca tulisan saya yang berbentuk puisi itu. Saya pun bingung menjawabnya. Gimana yah? Dari bingung ini, saya mencoba mencari jawabannya.

Pertanyaan ini berbobot karena menanyakan akar dari tulisan saya. Jika tulisan saya bagus, akarnya apa yahhh. Mengapa sampai saya bisa menulis demikian. Inilah bobotnya pertanyaan ini.

Pertanyaan seperti ini bermanfaat. Sebagai bahan pelajaran. Bertanya mengapa itu baik, menurut saya, merupakan pertanyaan bermanfaat. Manfaatnya ya orang bisa belajar mengapresiasi sekaligus terlibat dalam karya tulis orang lain.

Saya dulunya tidak suka puisi. Alasannya puisi itu mengawang-awang. Abstrak. Saya tidak betah membaca puisi. Saya pernah mengikuti puisi mingguan di koran KOMPAS. Tetapi, saya tidak menikmati sama sekali.

Saya tertarik dengan puisi setelah pernah mencoba membuatnya. Meski puisi saya itu juga abstrak. Entah mengapa dari situ, saya terus mencoba menulis puisi.

Puisi yang saya sukai adalah puisi yang ditulis oleh, Sindhunata, budayawan, filsuf, novelis, dan sastrawan, yang memimpin majalah BASIS. Saya suka membaca puisinya meski tidak banyak buku puisinya. Atau mungkin banyak tetapi saya belum menemukannya. Saya membaca banyak bukunya tetapi bukan tentang puisi. Saya membaca puisinya di majalah seperti UTUSAN dan kadang-kadang di BASIS.

Dari situ, saya mencoba menulis puisi sederhana. kata-katanya tidak abstrak. Mungkin karena saya ini orang sederhana sehingga puisi saya juga sederhana, tidak mengawang, hehee. Saya kira demikian saja tanggapan saya. Tidak lebih dari sini. Saya tidak pernah belajar formal atau mengikuti kursus menulis puisi. Untuk AS saya mengucapkan terima kasih sudah bertanya.

Salam puisi


PA, 24/4/13

Gordi

FOTO, thefwa.com
Lihat-lihat rupanya bisa jadi sumber ide untuk menulis. Melihat memang bukan tugas berat. Cukup sederhana. Tidak butuh alat bantu. Asal punya mata terang. Kalau mata rusak pun bisa dibantu dengan kaca mata atau lensa mata. Melihat-lihat yang mudah itu rupanya bisa jadi bahan tulisan. Tulisan ini pun demikian. Lahir dari melihat-lihat. Tulisan ini memang tidak dimaksudkan untuk membahas hal yang sulit. Cukup membahas yang ringan saja. Toh melihat-lihat juga hanya tindakan sederhana dan cukup ringan.

Tulisan yang ringan ini bisa saja dibuat jadi rumit. Atau yang populer ini bisa jadi karya ilmiah. Bisa saja. Tapi, kali ini cukup yang ringan saja. Maklum, melihat-lihatnya juga tadi hanya melihat yang ringan-ringan. Dengan melihat-lihat saja sudah jadi dua paragraf. Apalagi kalau mau bahas apa yang dilihat. Berapa yang dilihat. Bagaimana Anda melihatnya. Tapi ya, tak usah panjang lebar. Pertanyaan ini memang bisa membuat tulisan jadi lebih panjang. Dan, ada saatnya jika membahas menjadi lebih panjang.

Melihat-lihat sejatinya adalah sebuah relasi. Antara dia dan aku. Antara aku dan objek yang saya lihat. Atau, antara aku dan kamu. Atau, antara aku dan foto, gambar, tulisan, koran, buku. Dalam melihat-lihat itulah ada relasi. Relasi yang tak mesti saling bereaksi. Relasi antara dua manusia memang tampak seperti bereaksi (timbal-balik). Maksudnya, relasi antara penanya dan penjawab. Tapi, relasi di sini, tidak mesti seperti itu. Katakanlah relasi pasif. Seperti saya yang melihat-lihat tulisan di kompasiana, di sini relasinya pasif. Saya hanya mengklik, membaca, atau bahkan melihat judulnya, lalu selesai. Tidak ada reaksi timbal balik. Sampai di sini tulisan jadi tiga paragraf. Saya mau tutup sampai paragraf terakhir. Paragraf penutup. Sesuai janji saya untuk membuat tulisan ringan.

Jadi, kalau mau menulis cukup melihat-lihat saja dulu. Untuk menulis, tidak ada kata terlambat atau keluhan ‘tidak ada ide’. Hal ini kiranya sudah dibahas oleh penulis hebat dan senior di mana pun. Di Indonesia bahkan di kompasiana, soal ini sudah dibahas berkali-kali. Jadi, jangan bilang ‘tidak ada ide’. Buat saja tulisan yang idenya dari ‘tidak ada ide’ itu. Sebab ‘tidak ada ide’ bisa jadi dasar sebuah tulisan. ‘Tidak ada ide’ juga adalah ide. Ide yang bisa jadi tulisan. Cukup bertanya mengapa tidak ada ide? Itu sudah jadi ide utama. Tinggal dikembangkan. Demikian dengan rentetan tulisan lainnya.

PRM, 22/5/15
Gordi

gambar dari internet
Menulis itu ibarat makan. Maksudnya, makan sendiri. Bukan disuap. Makan selagi bisa makan sendiri. Kalau sudah tua nanti, tidak bisa makan sendiri lagi. Butuh perawat atau pembantu atau tukang suap. Belum lagi menu makan harus diatur. Tidak bisa makan menu orang muda yang hampir semua jenis makanan bisa dimakan.

Ibarat makan, menulis itu mesti dilakukan terus menerus. Menulislah sampai tangan tidak bisa menulis atau mengetik lagi. Menulislah sampai tidak ada ide lagi. Menulislah sampai tidak bisa menulis lagi. Menulislah sampai otak tidak berfungsi lagi. Kalau otak masih mampu menghasilkan ide, tulisalah.

Dengan rajin menulis, otak juga sebenarnya bekerja dan bahkan menjadi lebih muda lagi. Ibarat mobil yang mesinnya bekerja terus, otak juga akan berfungsi baik jika terus menerus diasah. Jangan jadikan otak terus kaku tanpa kegiatan berpikir. Otak itu tidak seperti mobil yang terus diparkir. Mobil yang terus menerus diparkir saja—kata teman saya yang ahli mesin mobil—dengan sendirinya akan cepat rusak. Otak memang bukan mobil tapi cara kerja otak lebih kurang seperti mesin mobil. Semakin sering digunakan, kemampuannya semakin tajam untuk berpikir.

Menulislah sampai tidak bisa menulis lagi. Seorang sahabat saya sampai umurnya mendekati satu abad masih bisa menulis. Tahun lalu dia menerbitkan buku baru. Saya selalu kagum ketika berdialog dengannya. Umurnya tua tapi otaknya masih seperti otak anak muda yang pintar. Saya selalu mengodanya untuk berbagi cerita. Diumpan dengan pertanyaan seputar menulis buku atau membuat artikel. Dia dengan senang hati berbagi cerita. Ini pertanda otaknya bekerja dengan baik. Demikian juga dengan hobinya menulis artikel. Ucapannya tidak sejelas dulu lagi, tapi alur pikirannya masih bagus. Ini pertanda orang yang sering tulis, sudah terbiasa berpikir logis. Otak yang terbiasa berpikir logis memang akan terus menerus berpikir logis. Otaknya akan mengarahkannya mencari alur pikiran yang baik. Kemampuan analisnya bagus.

Pertandingan Barcelona melawan  Bayer Muncen baru saja selesai. Beberapa teman yang suka sekali sepak bola memberi banyak komentar. Mendukung pemain ini pemain itu, mengkritik itu dan ini,, dan sebagainya. Ini juga bagian dari cara berpikir. Mereka sebenarnya sedang berpikir, mencari tak tik yang pas. Dan, dalam pertandingan ini, tak tik ini dipelajari betul-betul oleh Mesi yang mencetak gol dua kali dan oleh Newmar yang menambah satu gol hingga menjadi 3-0.

Kalau mau terus menerus menulis, ambillah ide dari pertandingan ini. banyak hal yang bisa dikupas. Mulai saja dengan ide besar, Barcelona menang dan Bayern kalah. Tarik ulasan dan analisis kesana kemari dan jadilah sebuah tulisan. Ini bukan guru menulis. Bukan pula sedang menggurui. Hanya berbagi pengalaman saja.

Salam menulis.

PRM,6/5/15
Gordi

P. Augusto Luca, SX
Umurnya 98 tahun. Bekerja lama di Jepang. Sekarang tinggal di Italia. Seorang penulis buku yang produktif. Menulis banyak buku tentang Asia: Jepang, Tibet, dan beberapa negara Asia lainnya. Juga penulis biografi Santo Conforti (1865-1931) dan beberapa santo dan santa lainnya. 

Saya mengenalnya tidak langsung lewat buku-bukunya. Sekarang mengenal langsung dan bertatap muka dengannya. Kadang-kadang berbincang-bincang soal buku-buku yang ditulisnya. Bahkan satu hari, dia mengajak saya ke kantornya dan menghadiahi saya sebuah bukunya tentang Tibet.


Pagi ini, saya meneleponnya, “Buon giono, Tanti Auguri”.
“Buon giorno, grazie, Dio ti benedica”, balasnya dengan nada semangat.

Begini terjemahannya:
“Selamat pagi, selamat ulang tahun.”
“Terima kasih, semoga Tuhan memberkatimu”.

Nada suara anak muda meski fisik tua. Dua tahun lagi mencapai satu abad, 100 tahun. Semangatnya untuk menulis masih ada. Dunia menulis rupanya bisa perpanjang umur. Mau juga tuuuuu.

Happy Birthday Father Augusto Luca SX.

Baca juga 100 tahun P Augusto Luca SX


foto ilustrasi oleh Anto Mantor Van Bond
Tak semua pembaca meninggalkan jejak pada tulisan. Ada yang membaca lalu pergi. Ada yang meninggalkan jejak berupa komentar. Ada pula yang memberi penilaian sesuai kategori yang ada. 

Simak tanpa kata. Itulah yang terjadi jika tanpa jejak komentar. Tetapi bukan berarti mereka tidak memerhatikan tulisan kita. Mereka mungkin tidak memerlukan kata untuk berkomentar. Mereka hanya memberi penilaian. Atau juga mereka hanya kagum sampai-sampai tak bisa berkata-kata lagi. Atau juga mereka buru-buru sehingga mereka hanya memberi penilaian.

Menilai juga mewakili perasaan dan pikiran. Menilai menarik menyangkut perasaan, menilai inspiratif berkaitan dengan pikiran. Demikian juga dengan penilaian lainnya.

PA, 30/12/12
Gordi

*Pernah dimuat di blog kompasiana pada 30/12/12

foto ilustrasi oleh Charles Jeffrey Danoff
Baru-baru ini ada survei tentang jumlah publikasi ilmiah tiap negara di jurnal internasional. Publikasi itu merupakan hasil penelitian para ahli. Ternyata dari Indonesia amat sedikit. Kalau pun jumlah peneliti Indonesia banyak, itu masih dirasa kurang kalau dibanding dengan jumlah penduduk Indonesia. Selain itu bisa juga terjadi bahwa belum banyak peneliti Indonesia yang memublikaskan hasil penelitiannya di jurnal berskala internasional. Ini berarti bahwa Indonesia masih kekurangan penulis dan peneliti.

Harapan ke depannya peneliti Indonesia mesti bertambah sehingga publikasi bertambah. Peneliti dituntut untuk memublikasikan hasil penelitiannya di jurnal internasional.

Saya sebagai mahasiswa amat sedih membaca tulisan itu. Menjadi penulis memang tidak gampang. Padahal pelajaran menulis diajarkan sejak sekolah dasar. Pelajaran itu dikembangkan selama belasan tahun bagi mereka yang menamatkan pendidikan sekolah menengah. Idealnya tamat dari sekolah menengah siswa Indonesia harus bisa menulis. Waktu yang cukup sebenarnya untuk berlatih menulis.

Menulis untuk jurnal internasional membutuhkan perhatian yang cukup besar. Kalau orang sering menulis tugas itu bisa tercapai. Jadi, kuncinya adalah pernah dan sering menulis. Menulis dari hal yang kecil. Lama-lama akan terasah. Banyak penulis berkaliber mengakui kalau tulisan yang bagus muncul dari latihan yang berkelanjutan. Menurut mereka, tidak perlu khawatir dengan hasil tulisan pertama di media massa. Lebih baik dinilai tulisannya jelek daripada tidak pernah menulis sama sekali.

Saya bersyukur bisa bergabung di blog keroyokan kompasiana ini. Kalau dihitung, jumlah penulis di blog ini bertambah. Dengan demikian jumlah tulisan juga bertambah tiap hari. Kompasiana menjadi media untuk berlatih menulis bagi masyarakat Indonesia. Kita patut berterima kasih kepada Kompas Gramedia yang menyediakan fasilitas ini. Bayangkan kalau blog ini bisa dijangkau oleh setengah penduduk Indonesia. Kalau jumlah penduduk sekitar 200 juta maka pengguna blog ini 100 juta. Itu berarti bahwa jumlah penulis di Indonesai 100 juta. Dari 100 juta ini katakanlah 50%-nya bisa menulis di jurnal internasional. Maka, jumlah publikasi Indonesia bertambah. Jadi, sebenarnya Indonesia tidak kekurangan penulis.

Cempaka Putih, 26/11/2011
Gordi Afri

foto ilustrasi oleh konyeel
Dengan bergabung di blog kompasiana, rutinitas saya bertambah. Biasanya kalau membuka internet hanya facebook-an, mengecek email, mencari sumber tambahan untuk bahan kuliah, dan sebagainya. Untuk tugas ini, saya hanya perlu waktu 1-2 kali dalam seminggu. Sebelum membuka internet, saya mencatat keperluan yang akan dicari di internet. Atau juga bahan-bahan yang akan dikirim lewat email ke teman-teman dan dosen. Namun, kalau ada tugas mendadak bisa lebih dari 2 kali. Biasanya, saya mengecek email di kampus, kebetulan ada internet gratis.

Sekarang, tugas itu bertambah. Saya membuat tulisan dan memasukannya ke blog kompasiana. Lumayan untuk mengembangkan hobi dan juga menimba pengalaman baru. Selain itu, kesibukan yang bermanfaat bagi masa depan saya bertambah. Kegiatan yang sekadar membuang waktu berkurang.

Saya teringat akan kata-kata seorang dosen. Dia tinggal di Depok dan harus naik kereta ke Jakarta setiap hari Jumat pagi. Katanya, dia sering membaca dalam kereta. Namun, bukan membaca koran. Biasanya membaca koran di kereta mengasyikkan bagi mereka yang haus informasi dan berita. Koran dalam kereta bagi dia adalah tulisan mahasiwa. Dia mengecek tugas mahasiswa di kereta.

Tidak salah kalau tulisan teman-teman di blog kompasiana menjadi bahan bacaan saya. Ada banyak pilihan. Misalnya, Berita, Politik, Humaniora, Ekonomi, Hiburan, Olahraga, Lifestyle, Wisata, Kesehatan, Tekno, Media, Green, Lipsus, fiksiana, dan Freez.Biasanya sekali membuka kompasana, saya membaca 4-5 tulisan. Di tiap kolom yang diberikan, ada tulisan yang menarik. Tulisan itu menjadi pilihan saya. Selain menarik, tulisan itu bisa menjadi sumber tulisan, sumber tambahan makalah kuliah, dan sebagainya.

Tentu tidak semua tulisan bisa dijadikan sumber tambahan untuk makalah. Tetapi, saya yakin banyak di antara kompasioner yang menulis dengan runut, jujur, lengkap dengan sumber akurat jika itu tulisan ilmiah,  dan bermotif berbagi pengalaman dan pengetahuan. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang menyumbangkan tulisannya di blog ini. Saya mendapat banyak pelajaran berharga dari blog ini. Selamat untuk para kompasioner.

Cempaka Putih, 26/11/2011
Gordi Afri

foto oleh Dismolanza
Jangan bilang sulit memulai menulis. Yang sulit adalah kemauan untuk menulis. Kalau kemauan ada, menulis jadi gampang. Ada kemauan ada jalan.

Saya punya satu tips untuk memulai menulis yakni melihat komentar atau berkomentar tentang satu tulisan. Saya yakin kalau kita sering berkomentar tentang tulisan teman, kita jadi terangsang untuk membuat tulisan.

Coba saja iseng-iseng membuat beberapa komentar pasti kita akan biasa menulis. Komentar itu sendiri termasuk tulisan. Tinggal saja mengembangkan komentar itu, jadilah tulisan yang siap ditayangkan. Jadi, mulailah dengan komentar.

Ini hanya salah satu tips. Ada banyak tips lainnya yang bisa membantu. Intinya jangan pernah mengeluh dengan membuat tulisan.

Komentar sekalipun itu sangat jorok, tetap ada manfaatnya. Bisa saja kita melihat pelajaran di balik komentar jorok itu. Nah, kalau yang jorok saja bisa diubah jadi yang baik apalagi komentar yang baik mungkin sekali dibuat lebih baik lagi.

Jadi, tunggu apalagi, mulailah menulis sekarang juga.
Selamat pagi semuanya,….

CPR, 23/3/2012
Gordi Afri

Kata orang pengalaman adalah guru berharga. Latihan adalah guru terbaik.

foto oleh Elang Prince
Kita mesti menulis supaya bisa menulis dengan baik dan menjadi penulis yang baik. Salah satu cara ampuh adalah sering-seringlah menulis. Hasil karya terbaik tidak jatuh dari langit, demikian komentar teman-teman. Karya terbaik adalah usaha sendiri….seperti petani yang bisa menghasilkan sekian ton padi dalam setahun dari hasil keringatnya sendiri.

Memang demikianlah adanya kehidupan ini. Seorang menjadi ahli karena sering bergelut di bidangnya. Yakinlah akan tips ini. Meski ada yang mengatakan tidak pernah melatih tetapi berhasil. Tentu saja bisa. Dan mungkin itu adalah kebetulan. Sebab, keseringan menjadi terbiasa dan terbiasa menjadi mahir.

Kalau sering menulis kita akan menjadi penulis buku. Banyak-banyaklah menulis maka ada banyak buku yang dihasilkan nantinya. Beberapa hari belakangan ada kompasioners yang memamerkan hasil karya mereka dalam bentuk buku. Buku itu adalah hasil kumpulan tulisan mereka di kompasiana. Pameran itu bukan sekadar pamer tetapi mau menyemangati kompasioners lain untuk menulis.

Motivasi dari teman dan sahabat itu penting. Kalau mereka bisa menulis mengapa saya tidak. Kalau mereka sering menulis mengapa saya tidak. Sering-seringlah menulis maka otak akan selalu segar, jalan pikiran jadi lurus, logika semakin terarah.

Keseringan membuahkan hasil terbaik. Ala bisa karena biasa meski ada juga ala biasa karena bisa juga….

Pandega Asih-Yogyakarta, 15/7/2012
Gordi Afri


foto oleh Viva Desta
Kompasiana sudah kaya dengan uraian tentang menulis. Saking kayanya, tulisan muncul silih berganti. Dalam sepuluh menit sudah terdapat 1o tulisan. Jadi setiap menit satu tulisan, katakanlah demikian. Kompasiana memang gudangnya tulisan.

Saya juga termasuk penyumbang tulisan di blog ini meski hanya beberapa saja dibanding teman-teman yang lebih dulu bergabung. Tetapi tidak apa-apa asal saja bisa menulis dan ada tulisan yang dihasilkan. Toh banyak sedikitnya tergantung kemampuan orang menulis dan banyaknya waktu untuk menulis.

Saya saat ini memikirkan bagaimana menulis pendek tetapi bermanfaat. Saya menelusuri tulisan di kompasiana ini. Ada orang yang menulis pendek tetapi pesannya jelas. Tulisan seperti ini bermanfaat, menurut hemat saya. Bukan karena saya benci tulisan panjang tetapi tulisan pendek bisa hemat waktu dalam membacanya. Saya suka menulis pendek tetapi sampai sekarang belum berhasil. Masih sering menulis panjang. Tetapi kalau tidak ada ide yang perlu dikembangkan cepat-cepat disimpan tanda titik dan tulisan pun berakhir.

Harapan ke depannya semoga saya bisa menulis pendek tetapi pesannya jelas. Juga isinya padat. Tulisan pendek tanpa isi atau pesan juga kurang bagus. Tulisan panjang disertai pesan yang jelas juga baik tetapi butuh banyak waktu untuk membacanya. Bayangkan tulisan 8-10 paragraf harus dibaca selama 2-3 menit. Memang ada trik membaca cepat tetapi tetap saja kurang menarik ketimbang membaca tulsian pendek tetapi padat isinya.
____________________
*Unek-unek sore akhir pekan

PA, 4/8/2012
Gordi Afri

foto oleh Radite Wisanggeni
Entah mengapa makin lama makin jelek tulisan ini. Beberapa tulisan belakangan bahkan tidak masuk kolom HL..high light. Padahal sebelumnya masuk kolom headline dan terekomendasi. Tetapi entahlah mungkin saya memang mengalami kemunduran dalam hal menulis. 

Hanya sedikit berbagi saja. Tulisan yang masuk HL dalam arti headline memang tidak saya rencanakan untuk itu. Saya menulis bukan untuk masuk HL. Tidak ada rencana tetapi justru masuk HL. Ini hadiah. Demikian juga dengan kolom terekomendasi. Tulisan belakangan ini, maksudnya tulisan saya, sulit sekali masuk HL…high light. Mungkin memang ini kesempatan untuk mengubah strategi menulis lagi. Masuk Highlight saja itu sudah lumayan. Saya melihat admin cukup jeli dalam memilih tulisan yang masuk ke situ. Saya berharap untuk masuk tetapi justru tidak. Saya tidak berharap apa-apa tetapi justru masuk.

Saya menulis bukan supaya masuk HL atau terekomendasi. Itu kan bonus. Yang penting saya bisa menulis. Toh ada yang baca. Tiap hari menulis itu luar biasa bagi saya. Bukan karena apa-apa atau mau hebat tetapi mau menyegarkan otak saja. Apalagi sekarang sudah tidak menulis di buku catatan harian lagi. Maka, blog kompasiana dan dua blogspot menjadi media penyalur tulisan. Hidup dengan tulisan memberi corak tersendiri. Tak perlu menjadi penulis hebat. Penulis blog saja sudah cukup memuaskan terutama bagi saya yang merasa puas setelah menulis. akhirnya selamat malam…selamat tidur bagi yang mau tidur.

Makin lama makin jelek tak apa-apa toh ini kesempatan untuk maju lebih baik lagi.

PA, 9/8/2012
Gordi Afri

foto oleh Akademi Berbagi
Tulisan ini adalah tulisan saya yang ke-100 di blog kompasiana ini. Kalau sebelumnya di profil saya, jumlah artikel hanya diberi 2 angka, kini di situ akan ditulis dengan 3 angka. Mulai hari ini 3 angka itu yakni 100 akan muncul. 

Bagi saya ini sebuah pencapaian. Dari Oktober sampai Agustus. 11 bulan. Kalau dirata-ratakan, tulisan saya setiap bulannya di bawah angka 10. Kalau saya menulis 10 artikel setiap bulan maka seharusnya saya sudah menghasilkan 110 artikel. Tetapi tidak apa-apa, toh jumlah tulisan saya sekarang, kalau dirata-ratakan, 9 artikel setiap bulannya. Angka 9 untuk waktu 30 hari belum apa-apa. Tetapi bagi saya yang sedang belajar menulis di blog kroyokan seperti ini, ini pencapaian yang memuaskan dan perlu dikembangkan.

Saya memang menulis tidak teratur. Tiga bulan pertama, tulisan saya menigkat. Mulai akhir Oktober 3 tulisan, lalu berikutnya, November 7, dan di bulan ketiga, Desember, ada 16 tulisan. Perkembangan ini ternyata tidak bisa dipertahankan. Di tengah kesibukan saya sebagai mahasiswa, waktu itu, dan juga menulis untuk 2 blog lainnya, saya masih bisa menulis, meski jumlahnya tidak meningkat. Sampai sekarang saya belum bisa melampaui rekor jumlah tulisan terbanyak di 3 bulan pertama yakni 16 tulisan di bulan Desember. Tiga bulan kedua, jumlah tulisan masih meningkat tetapi masih di bawah jumlah bulan Desember, yakni Januari 7, Februari 8, dan Maret 11.

Tulisan paling sedikit terjadi pada bulan pertama, 3 tulisan, kemudian April 5 tulisan serta November dan Mei masing-masing 7 tulisan. Untuk bulan Oktober bisa dimaklumi belum ada rencana untuk menulis banyak karena patokannya waktu itu adaalh menulis di blog saya sebelumnya yakni 1 tulisan untuk 1 pekan. Bulan November masih sedikit tetapi ada penigkatan dari bulan sebelumnya. Bulan April dan Mei, jumlah tulisan sedikit karena saya sibuk mengikuti Ujian Skripsi dan Ujian Komprehensif. Waktu tersita untuk mempersiapkan 2 ujian yang menjadi penentu kelulusan di kampus.

Tema Tulisan
Tulisan bertema Catatan Harian paling banyak. Ada 15 tulisan. Saya memang paling hobi menulis dari pengalaman. Pengalaman menjadi inspirasi menulis. Saya pun tidak segan-segan mengelompokkannya dalam kategori Catatan Harian.

Tema dominan yang kedua adalah Sosial Budaya, 13 tulisan. Tema ini cocok untuk pengalaman saya. Pengalaman saya banyak bersinggungan dengan realitas sosial. Kehidupan anak-anak jalanan misalnya menjadi bagian dari realitas sosial masyarakat Jakarta.

Tema yang paling sedikit adalah Bola. Itu tulisan saya yang ke-99. saya memang hobi sepak bola tetapi tidak terlalu sering mengikuti perkembangan dunia sepak bola. Saya sadar tema ini sebenarnya paling diminati. Saya sekarang sedang giat membaca koran-koran berbau bola dan olahraga lainnya. Saya mengikuti juga ulasan kompasioner yang konsen dalam tema Bola.

Tema Fiksiana juga sebenarnya bukan hobi saya. Malahan saya bisa mengatakan saya tidak bisa menulis puisi atau cerpen apalagi naskah drama dan dongeng. Tetapi syukurlah saya ternyata bisa juga mencoba menulis sehingga ada 3 puisi, dan 1 cerpen. Drama dan Dongeng juga Cermin belum ada.

Penghargaan Tulisan
Saya bukan siapa-siapa dibanding penulis hebat di kompasiana ini. Tetapi sebagai kompasioner ternyata saya masih bisa dibilang mempunyai sesuatu untuk dibagikan. Paling tidak pihak admin menghargai tulisan saya. Ada banyak yang masuk HL, high light. Sedikit yang masuk HL, headline, dan Terekomendasi. Tulisan yang masuk headline adalah Ada Apa dengan Staf berpakaian Seksi di DPRBeginilah Cara Anak-anak Warakas Mencari Pelajaran Tambahan, dan Belajar Tidak Korupsi dari Tukang Parkir. Sedangkan tulisan yang masuk Terekomendasi adalah Orang Jogya (Paling) sabar di Jalanan danKehidupan Para Sopir Bis Malam.

Ada kepuasan tersendiri bagi saya dengan tulisan yang mendapat penghargaan ini. Meskipun belum pernah masuk Freez, penghargaan yang menurut saya patut dikejar, saya puas dengan penghargaan masuk headline dan terekomendasi. Ini berarti tulisan saya berguna bagi pembaca lainnya di kompasiana. Sampai sekarang belum ada tulisan saya yang dihapus oleh pihak admin. Berarti saya menulis sesuai ketentuan dan tidak emnyinggung pihak yang dirugikan seperti soal SARA misalnya. Hanya beberapa kali admin memindahkan kategori tulisan. Ini pelajaran berharga dan pertanda bahwa admin memang bekerja dengan jeli.

Demikian laporan evaluasi perkembangan tulisan di kompasiana ini.terima kasih untuk pembaca tulisan ini dan terima kasih untuk teman-teman kompasioner yang bersedia membagi pengalaman menulis di kompasiana ini.

PA, 13/8/2012
Gordi Afri

foto di foto di Alexeisol
Alcuni semplici consigli per imparare a scrivere in questo blog kompasiana. 's Tips gratuiti. A patto che abbiamo diligentemente seguito risultati garantiti. Tipsnya è solo un'indicazione. Da lì, duro lavoro necessario degli autori candidati.

Inconsciamente o no, consigli di scrittura gratuiti kompasiana. Suggerimenti sono organizzati per essere letto. Lettura e scrittura e commentando non è estranea al caso kompasioner. Come risultato di suggerimenti che descrivo è legata alla familiarità kompasioner.

In primo luogo, leggere il titolo sul giornale questa kompasiana . Scritti che nel titolo viene selezionato font. Osservando attentamente la scrittura, la scrittura lezioni che possono essere recuperati facilmente. Non è con la lettura di uno o due giorni, ma più e più volte finché non ci sentiamo in grado di scrivere facilmente. L'uomo saggio non ha detto troppo tardi per iniziare a studiare, così ho menambhakan senza fine per imparare a scrivere. Continuando a leggere il testo selezionato ogni volta che si apre un kompasiana, il nostro stile di scrittura è diventata più ricca.

Togliere dal lontano impatto sulla qualità del font selezionato. Motivo, non leggermente kompasioner una protesta a admin perché preferisco la qualità di scrittura in titoli. Che sia admin e manifestanti. Il nostro compito è solo quello di leggere e scrivere consapevoli di esso.

In secondo luogo, leggere il terekomendasi carta . Ogni giorno ci sono 5 testo selezionato. Anche ogni poche ore la scrittura sostituiti. Se leggiamo la tulsian 5 (minimo) e credo che dobbiamo scrivere lezione da lì.  Lima script admin è facoltativo. Qualità era abbastanza buono. Anche se non ci kompaisoner d'accordo con l'opzione admin. Ma questo non è importante. Toh di amore-love è admin, non diprotes bisogno. Diprotes possono ancora scrivendo non è stato sostituito. Ma solo le proteste non possono pretendere di sostituire la scrittura originale.

Beh, se leggiamo il giornale ogni giorno 10, era abbastanza come un esempio di come scrivere bene e facilmente. passo successivo è quello di iniziare a scrivere. Innanzitutto scrittura scrittura può essere un peggiore grafia. Quindi, non scoraggiatevi per continuare a provare. Non bisogna mai sentirsi abbastanza vecchio per essere un grande scrittore di smettere di imparare a scrivere. Ogni giorno ci sono sempre nuovo, quindi cerchiamo di continuare a imparare.

Scrittura felice. Questo solo per l'idea che viene a .....

PA, 2012/08/24
Gordi Afri


* Aggiunto anche in blog kompasiana on 08/24/12

foto oleh Viva Desta
Satu tulisan satu hari. Begitu target saya bulan lalu. Jadi ada 30/31 tulisan dalam sebulan. Senangnya jika ini terjadi. Lepas dari jumlah pembaca yang meningkat, tulisan saya jadi banyak. Setahun bisa ratusan tulisan. Ini target yang harus dicapai.

Banyak menulis berarti banyak mengasah pikiran. Begitu salah satu latar belakangnya. senangnya bisa menulis banyak. Kenyataannya target itu belum 100% terpenuhi. Bulan lalu itu, hanya ada 26 tulisan. Kurang 5 tulisan. Tampaknya gampang, hanya 5 saja. Nyatanya sulit mencapai 5 tulisan itu.

Ada banyak kendala yang saya hadapi. Bukan sok sibuk tetapi melihat kesibukan saya, jumlah tulisan itu memuaskan. Di tengah kesibukan saya masih membuat 26 tulisan. Memang bukan penulis tetapi punya hobi menulis. Menulis demi mengasah otak.

Kendala berikutnya lagi soal koneksi internet dan komputer. Ketika koneksi internet putus, saya tidak bisa menulis lagi. Kadang-kadang juga komputer macet. JAdilah dua alasan yang saling mendukung untuk tidak menulis.

Bulan September ini ada semangat baru. Hari ini tanggal 7 dan baru 3 tulisan yang ada. Ada keinginan untuk mewujudkan target saya. Jadi nanti ada 30 tulisan. Semoga berhasil. Saya mencoba membuat lebih dari satu tulisan dalam sehari. Ini demi mencapai angka 30.

Meski mottonya satu tulisan satu hari, saya mencoba satu hari lebih dari satu tulisan. Kalau sudah genap waktunya, kembali lagi ke moto itu. satu hari satu tulisan.

PA, 6/9/2012
Gordi Afri

Powered by Blogger.