Halloween party ideas 2015


Sumber gambar: google

Setelah segala sesuatunya disiapkan, kita siap berjalan. Ibarat pergi ke tempat wisata, kita sudah membeli peta dan melihatnya halaman demi halaman. Kita sekarang akan menuju lokasi itu.

Pada bagian kelima ini kita akan membahas tentang cara membaca buku skripsi. Untuk mencapai lokasi wisata kita mesti menyusuri jalan-jalan yang telah ditunjukkan. Kita sudah memiliki buku petunjuk membuat skripsi, sekarang kita akan menyusuri seluruh isi buku dengan membacanya.

Cara membaca buku skrpsi yang biasa adalah membaca seluruh isi buku. Cara seperti ini memberi gambaran umum tentang isi buku. Gambaran ini amat penting untuk menemukan batasan-batasan permasalahan yang dibahas dalam buku. Jangan terlalu detail pada saat membaca seperti ini. Perhatikan kalimat pertama dan terakhir setiap alinea. Dengan cara itu, kita menangkap gagasan yang ada di setiap alinea.

Jika buku itu berbahasa asing, jangan sesekali membuka kamus untuk mencari artiya. Biarkan segalanya berlalu begitu saja. Ini untuk menghindari gangguan konsentrasi pada saat membaca.

Sebelum membaca secara keseluruhan, alangkah baiknya kita membaca bagian pengantar/pendahuluan dan penutup dari buku tersebut. Biasanya bagian ini mendapat perhatan besar dari penulis buku. Oleh karena itu, kita mesti memperhatikan kedua bagian ini. Ibarat sebuah kue yang enak, di sinilah rahasia bumbu-bumbunya. Penulis biasanya menyinggung batasan dan inti bukunya.

Membaca secara keseluruhan bisa dilakukan 2-3 kali. Minimal 2 kali. Cara ini paling efektif untuk menemukan gambaran umum tentang isi buku. Tidak cukup kiranya kalau hanya sekali. Apalagi membaca pada tahap ini tidak dihalangi oleh kata-kata atau ide yang sulit. Prinspipnya membaca seperti membaca novel.

Setelah semua isi buku dibaca, cara membaca berikutnya adalah membaca per bab. Seperti biasa, baca lebih dulu bagian pengantar dan penutup dalam bab tersebut untuk memudahkan menemukan batasan masalahnya. Perhatikan inti setiap alinea. Bila perlu, siapkan kertas dan balpoin untuk mencatat ide utama tiap alinea. Rumuskan ide itu dalam satu kalimat. Perhatikan kesinambungan ide antara alinea.

Setelah semua alinea dirumuskan dalam satu kalimat, coba lihat kesinambungan antara alinea. Rumuskan kesinambungan itu dalam beberapa kalimat. Klimat itulah yang kemudian akan dikembangkan dalam paragraf demi paragraf.

Membaca yang efektif biasanya pada pagi dan malam hari. Gunakan waktu belajar pagi dan malam hari untuk membaca. Pada siang dan sore hari, kita bisa melihat ulang inti dari setiap bagian yang sudah kita baca. Kalau boleh, pada saat ini kita juga membuat catatan kecil yang memudahkan kita untuk mengingat inti setiap paragraf. Saya kira cukup sekian untuk bagian ini.

Bagian berikutnya, kita akan melihat bagaimana membuat kerangka penulisan skripsi. Salam, 5/4/2012 Gordi Afri.***

Menulis Skripsi (4)



Hari sabtu Suci bagi umat Katolik biasanya menjadi hari gembira. Yesus bangkit memancarkan kebahagiaan bagi umat Katolik semuanya. Namun, bagi saya dan teman saya, hari ini menjadi hari petualangan yang tidak menggembirakan. Mengapa? Ikuti ceritanya.

Semula, kami berencana mengikuti misa di Gereja Katolik Santo Yosef Matraman, yang terletak di Jalan Matraman Raya. Saya lupa nomor jalannya meski sering misa ke sana. Kami mendengar informasi dari salah seorang teman bahwa misa di sana dimulai jam 6 sore. Kami pun bergegas ke sana menggunakan sepeda motor Revo Merah. Tidak main-main, targetnya bisa duduk di dalam gereja. Umat biasanya datang lebih awal ketika perayaan besar seperti paskah-natal. Banyak yang datang 1 jam sebelum misa dimulai.

Kami punberangkat pukul 5 dari rumah. Tibalah kami di tempat parkir gereja. Masih sepi, hanya ada beberapa sepeda motor yang ada. Kami mengira, belum banyak yang datang. Lalu, kami menuju ke pintu utama. Petugas keamanan di sana mengatakan misa sudah dimulai jam 4.30 tadi. Kami mendengar lonceng gereja berdenting pertanda misa sedang berlangsung. Lonceng gereja biasanya dibunyikan pada saat Kemuliaan, bagian dari misa. Wah….kalau begitu sudah telat.

Misa kedua baru dimulai pukul 8 nanti. Masih ada 3 jam. Kami putar haluan menuju gereja Katedral. Jalanan mulai macet, waktunya pulang kantor. Dengan kecepatan sepeda motor yang agak lambat, kami akhirnya tiba di gereja katedral. Di sana juga misa sudah mulai pukul 5 tadi. Wah….hari kurang beruntung. Petugas keamanan mengatakan bahwa misa kedua dimulai pukul 8 nanti. Masih lama……

Kami menuju taman Monas untuk mengisi waktu yang ada. Saya mengemudikan sepeda motor melalui jalan Veteran, perempatan Harmoni, ke arah kiri lalu masuk Jalan Medan Merdeka Barat, dan kami berhenti di pintu gerbang dekat halte trans-jakarta Gambir 2. Di situlah kami menghabiskan waktu dengan menikmati makanan dan minuman ringan. Teman saya rupanya mulai lapar. “Misa nanti menghabiskan watu 2 jam lebih, jadi, persiapakan tubuh sejak sekarang. Jangan sampai nanti lapar,” katanya. Saya pun ikut membeli makanan dan minuman ringan.

Di sana suasananya agak ramai. Kebetulan gerbang monas itu sempat dibuka untuk umum. Beberapa sepeda motor masuk menerobos pintu yang dibuka dengan lebar 1 meter. Rupanya yang boleh masuk hanya pedagang saja, setelahnya pintu ditutup kembali. Banyak orang datang ingin menghabiskan malam mingguan di taman Monas. Ada anak kecil, anak muda berpasangan, orang tua, kakek-nenek. Ada yang datang dengan sepeda motor, naik ojek, naik taksi, trans-jakarta, angkutan umum, dan mobil pribadi. Mereka semua mencari rekreasi murah di taman Monas.

Pukul 7, kami kembali ke gereja katedral. Kami masuk ketika misa hampir usai. Banyak orang berdesakan di salah satu gerbang gereja. Harus bersabar karena umat yang di dalam belum keluar. Panitia sudah membagi, satu gerbang untuk masuk dan satu gerbang untuk keluar. Jadi, tidak ada papasan langsung antara umat yang masuk dan yang keluar. Buku misa dan lilin paskah dibagi gratis.

Kami segera mengambil tempat di bagian barat gereja, dekat gua Maria. Kami memilih di situ karena suasananya sejuk. Teman saya tidak tahan kalau duduk di dalam. Katanya, di dalam agak panas, dan dia tidak bisa tahan dengan suhu panas. Saya pun mengiyakannya, kebetulan memang suasananya di sana mendukung sekali. Udara segara karena banyak pohon, pertukaran udara langsung dengan alam. Beda kalau di dalam, hanya ada kipas angin, sementara yang menghirup udara cukup banyak. Gereja katedral tidak memasang pendingin ruangan (AC) seperti di beberapa gereja Katolik lainnya di Jakarta. AC memang menyejukkan dan membuat suasana nyaman namun ternyata merusak lingkunga terutama lapisan ozon.

Umat yang mengikuti misa di gereja Katedral amat banyak. Tenda-tenda di depan dan samping gereja terisi penuh. Misa yang dimulai pukul 8 ini dipimpin oleh 3 Pastor yakni Pastor I. Wardi Saputra, SJ (konselebran utama), Pastor Markus Wanandi, SJ, dan Pastor Krispurwana Cahyadi, SJ. Petugas putra altar dan putri sakristi, ikut membantu memperlancar upacara hikmat ini. Demikian juga dengan petugas keamanan yang dibantu oleh petugas kepolisian baik di dalam gereja maupun di tempat parkir di sekitar gereja dan di lapangan parkir masjid Istiqal. Tak kalah menarik penampilan kor dari salah satu lingkungan di paroki katedral.

Kami sempat merekam 3 poin penting yang disampaikan Pastor Wardi dari khotbahnya.
Pertama (1), dia mengajak umat untuk meneladan Maria Magdalena dkk yang berani pergi ke kubur Yesus. Merekalah perempuan pemberani. Keberanian mereka muncul karena dilandasi kasih Tuhan, kata pastor ini. Mereka sudah tahu akan menghadapi masalah besar, siapa yang menyingkirkan batu besar dari pintu kubur. Rupanya Kasih Tuhan lebih besar dari kasih mereka. Tuhan sudah tidak ada, sudah bangkit, ketika mereka sampai di sana. Lantas, ‘penjaga kubur’ mengajak mereka memberitakan kepada para murid untuk menuju Galilea dan di sana akan menjumpai Yesus. Kehidupan Yesus nyata dalam kehidupan masyarakat Galilea. Maka, para murid mesti belajar di Galilea agar memahami cara hidup Yesus. Galilea sekarang, bagi kita, adalah hidup harian kita. Carilah Yesus dan temukan Yesus dalam kehidupan sehari-hari. *Semua gambar dari google

Kedua (2), Pastor Wardi mengajak umat agar jangan mencari Yesus di kubur. Kubur merupakan tempat mayat dibaringkan, tempat orang mati. Gambaran akan kubur pun menjadi seram dan menakutkan. Orang Katolik yang mencari Yesus di kubur adalah mereka yang masih berpikir lama, berpikir kolot, yang mengira Yesus masih di kubur. Lihatlah kubur sudah kosong, dan Yesus tidak ada di sana lagi.

Ketiga (3), carilah Yesus di salib. Lihatlah Yesus di salib yang sudah bangkit. Maka, umat Katolik mesti bangkit dari cara hidup lama ke cara hidp baru. Pastor juga tidak memungkiri kalau ketiga hal ini kadang agak sulit apalagi kadang-kadang bertentangan dengan logika manusiawi. Memang demikian. Tidak cukup memahami dengan logika. Ketiga hal ini mesti dialami. Baru kita akan mengatakan….Oo…seperti itu toh…katanya. Jadi, memang peristiwa itu di luar batas otak dan cara berpikir manusia. Maka, cobalah untuk mengalaminya, membatinkannya.

Selesai misa, kami balik ke rumah dan tiba pukul 10.30. wah….lumayan lama petualngan hari ini. Dari jam 5 sore hingga 10.30 malam. Demikianlah petualangan mencari Gereja Katolik di Jakarta. Ingat, “Kalau mau mencari Yesus, pergilah ke Galilea.” Selamat Paskah tahun 2012.

CPR, 8/4/2012
Gordi Afri



Ada kekhasan tersendiri di hari kedua tri-hari suci. Jumat Agung, Jalan Salib, dan Cium salib. Seperti apakah kekhasan itu?

Jumat Agung merupakan hari kedua dari Tri-Hari Suci dalam kalender liturgi Gereja Katolik dan beberapa Gereja Kristen Protestan. Gereja Kristen itu kan banyak, jadi tidak bisa disamakan atau dipukul-rata. Mereka berdiri sendiri di bawah bendera Gereja Kristen. Beda dengan Gereja Katolik yang satu. Memang ada juga ritus Barat yang dikenal sebagai Gereja Katolik Roma dan ritus Timur yang dikenal sebagai Gereja Katolik Ortodoks. Tetapi perbedaan ritus ini tidak memisahkan gereja Katolik.

Jumat Agung menjadi hari berkabung, katakanlah demikian bagi Gereja Katolik. Mengapa? Berkabung kan pertanda ada sesuatu yang menyedihkan. Memang, pada hari Jumat ini Yesus wafat di salib. Sebelum wafat, Yesus menderita, disiksa, dipukul, dicaci-maki, disuruh memikul salib berat, dan siksaan lainnya. Inilah penderitaan-Nya. Oleh karena itu, Jumat Agung menjadi hari untuk memperingati Sengsara dan Wafatnya Tuhan Yesus.

Pada hari Jumat Agung dikenangkan pula jalan salib Yesus. Ada drama siksaan untuk menggambarkan penderitaan Yesus dahulu. Makanya, di beberapa gereja ada visualisasi jalan salib. Ada yang berperan sebagai Yesus, serdadu, Maria, para murid, dan tokoh-tokoh lainnya. Ada pula gereja yang hanya dengan membaca ulang rumusan jalan salib yang telah disusun. Semuanya bertujuan untuk mengenangkan sengsara dan wafat Tuhan Yesus.

Nah, pada sore harinya ada upacara penghormatan salib. Ini bahasa baku dari cium salib. Memang yang terjadi pada Jumat sore adalah umat mencium salib Yesus. Salib yang bukan hanya berupa kayu palang tetapi ada corpus daging, Tubuh Yesus. Inilah bedanya salib orang Kristen dan Katolik. Tentu ada alasan teologis bagi umat Kristen sehingga salib mereka hanya berupa palang kayu, tanpa tubuh Yesus.

Penghormatan salib merupakan tindakan untuk memusatkan perhatian pada salib sebagai sumber kebahagiaan. Salib kok sumber kebahagiaan? Tidak diterima akal manusia. Memang demikianlah kesan awalnya. Namun salib menjadi sumber kebahagiaan karena dari salib itulah Yesus berseru kepada Bapa-Nya. Seruan antara Anak dan Bapa-Nya. Kelak, Yesus tidak hanya berhenti di salib. Dia juga akan bangkit. Maka, salib menjadi sumber kebahagiaan. *Semua gambar dari google

Demikianlah kiranya kaitan antara Jumat Agung, Jalan Salib, dan Cium Salib. Semoga dengan menghayati ibadat Jumat Agung dan Penghormatan Salib, kita menjadi semakin dekat dengan Yesus.***

CPR, 8/4/2012
Gordi Afri

Baca juga: Tradisi Tuguran pada Hari Kamis Putih


Ada satu kebiasaan dalam Gereja Katolik khususnya pada hari Kamis Putih. Setelah misa, ada doa bersama di depan Sakramen Mahakudus yang ditahtakan di luar tabernakel. Inilah yang dinamakan tuguran. Apa makna tuguran ini?

Saya bertanya karena sudah lama berada dalam kebingungan. Sebagai makhluk berasio tentu saya bertanya tentang praktik hidup yang saya jalankan. Ini bukan mengada-ada. Ini merupakan bentuk pencarian. Kalau toh tidak ada jawaban yang memuaskan atau tidak ada jawaban sama sekali, tidak apa-apa. Itu menjadi tugas besar bagi saya untuk menemukannya.

Malam ini, saya juga ikut dalam rombongan besar menuju gereja paroki. Jumlah kami yang berjalan bersama sekitar 30-an orang. Jarum jam menunjukkan pukul 10.45. Kami membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai di gereja. Ketika sampai di gereja masih ada kelompok doa yang mengadakan tuguran. Menurut jadwalnya, kelompok kami merupakan kelompok terakhir untuk doa-tuguran.

Pukul 11, kami mulai berdoa. Ada petunjuk berupa selembar kertas dengan 2 halaman. Di dalamnya ada urutan dan keterangan doa. Petunjuk ini dibuat di Keuskupan Agung Jakarta. Jadi, boleh jadi ketika kami mengikuti tuguran di gereja Katolik mana saja di Jakarta ini, petunjuk inilah yang digunakan dan selalu sama. Ada nyanyian, doa, dan sembah sujud. Bagian terbesar adalah doa hening.

Menurut petunjuk itu, doa tuguran memang merupakan doa hening. Nyanyian dan doa yang ada dalam petunjuk hanyalah selingan. Kami mengikuti petunjuk yang ada dan selesai pukul 11.30. Petugas gereja datang dan mengumumkan bahwa, masih ada waktu 30 menit untuk melakukan doa hening. Kami belum diperbolehkan pulang karena akan menunggu berkat penutup sekaligus pentahtaan kembali sakramen mahakudus ke sakristi (tempat persiapan imam dan petugas liturgi lainnya sebelum masuk ke gereja).

Saat tuguran, sakramen mahakudus ditahtakan di sudut kiri altar. Di Gereja Paskalis Cempaka Putih, tempat pentahtaan itu berada di bawah kaki patung Bunda Maria.

Beginilah kami melakukan tuguran pada hari Kamis Putih tahun 2012 ini. Saya jadi tahu bahwa bagian terpenting dari tuguran itu adalah saat hening. Masih menurut petunjuk yang ada, tuguran merupakan bentuk partisipasi kita dalam doa bersama Yesus di Taman Getsemani. Di taman itu Yesus berdoa sebelum nyawanya disiksa oleh serdadu Yahudi. Pantas kiranya di situ ada suasana hening.

Menjelang pukul 12, seorang pastor datang dan memberkati kami dengan sakramen mahakudus ini. Setelahnya, sakramen itu dibawa ke sakristi lalu kami pulang. Masih dalam rombongan besar, kami menyusuri jalan pulang. Malam ini suasana jalan agak sepi. Memang waktunya hampir tiba untuk pergantian hari. Kami sudah melewati beberapa menit di hari Jumat. Hari sengsara dalam tradisi Kristiani. Meski hari sengsara, kami tetap menyebutnya hari Jumat Agung. Tentang hal ini lebih baik dilanjut besok saja.***

CPR, 6/4/2012
Gordi Afri




Seperti apa rasanya membasuh kaki teman? Adakah rasa jijik? Mengapa saya harus membasuh kaki teman saya?

Itulah deretan pertanyaan yang muncul dengan adanya tradisi pembasuhan kaki pada hari Kamis Putih. Saya bertanya karena heran. Di kampung saya tidak ada tradisi seperti ini. Kalau pun ada, dan saya kenal sejak SD, itu bukan tradisi adat. Itu adalah tradisi yang diwariskan oleh Gereja Katolik.

Gereja Katolik mewarisi tradisi itu karena Yesus-lah yang pertama kali melakukannya. Ia membasuh kaki murid-murid-Nya. Dalam tradisi Yahudi (tradisi masyarakat zaman Yesus), upacara pembasuhan kaki ini merupakan bentuk pembersihan diri. Jangan heran jika tamu dipersilakan untuk membersihkan kakinya sebelum masuk rumah orang.

Ini bukan tradisi saya, jadi wajar kalau saya jijik pada awalnya. Memegang telapak kaki teman, mencucinya dengan air, mengeringkannya dengan lap, lalu menciumnya. Tak peduli, apakah kaki itu bau atau tidak, bersih atau tidak. Sebetulnya pasti bersih karena saya baru saja membersihkannya. Jadi, tak ada alasan untuk jijik menciumnya.

Menurut ahli tafsir Kitab Suci, pembasuhan kaki, pertama-tama bukan merupakan bentuk pelayanan. Upacara ini mau menegaskan tentang kehidupan para murid Yesus. Mereka akan dibawa ke tujuan hidup mereka yakni mengikuti Yesus. Di sana mereka akan hidup dalam pelayanan yang total. Jadi, dengan pembasuhan ini, Yesus mau mengingatkan para murid akan jati diri mereka. Mereka akan melayani seperti Yesus. Dengan itu, mereka akan tahu ke mana tujuan mereka yakni menuju rumah Bapa sebagaimana Yesus ke sana.

Saya sempat terharu dengan pembasuhan kaki ini. Rasanya ada penyesalan yang mendalam. Mengapa? Bukan karena saya telah melakukan dosa besar dan sekarang diampuni. Tetapi, dalam pembasuhan itu saya diingatkan untuk melihat konfrater saya sebagai saudara.

Pelukan erat dari teman, yang dibuat setelah mencium kaki, menjadi tanda bahwa, saya tidak hidup sendiri. Saya bersalah tetapi orang lain mengampuni. Dia rela mencium kaki saya, demikian juga saya mencium kaki teman yang lain.

Rasa jijik hilang seketika. Yang ada hanya persaudaraan yang erat. Beginilah cara hidup orang Kristiani yang diwariskan Yesus. Kalau mau mengikuti Yesus, kita mesti rela membasuh dan mencium kaki yang paling kotor sekali pun. Pembasuhan kaki merupakan simbol tindakan yang begitu berarti.

Mana ada seorang bos mencium kaki karyawannya? Ini sebuah pengkhianatan, kalau itu terjadi. Tetapi Yesus memutarbalikkan logika berpikir itu. Dan, memang saya percaya bahwa dengan pembasuhan kaki, ada suasana baru. Maka, mari kita saling mencintai dan mengasihi.***

CPR, 6/4/2012
Gordi Afri

Tulisan sebelumnya: 


Gambar dari google

Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada hari Kamis Putih (pagi hari) diadakan misa bersama di Gereja Katedral Jakarta. Misa hari ini (5/4/2012) dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Suharyo, Pr.

Misa ini dihadiri oleh semua imam (pastor) Katolik di Keuskupan Agung Jakarta dan juga umat Katolik. Dalam kesempatan ini, para pastor membarui Janji Imamat mereka. Selain pembaruan janji, ada juga pemberkatan minyak untuk pelayanan sakramen seperti minyak Krisma (sacrum chrisma) yang digunakan untuk memberkati para baptisan, tahbisan  diakonat, tahbisan imamat, tahbisan uskup, dan sakramen krisma, minyak Katekumen (oleum catecumenorum) untuk memberkati mereka yang ingin menjadi katolik (para katekumen), dan minyak untuk Pengurapan orang sakit (oleum infirmorum) yang digunakan untuk memberkati mereka yang dalam kondisi sakit serius atau menjelang ajal. Pemberkatan ini dilakukan oleh Bapak Uskup.

Dalam homilinya, Bapak Uskup mengajak umat untuk mendoakan para pastor agar setia dalam pelayanan. Imam dan umat saling mendoakan. Selain itu, dia juga meminta doa untuk dirinya yang adalah hamba/pelayan.

Dia mengutip kata-kata seorang pemimpin sejati, Haji Agus Salim, yang mengatakan “Menjadi Pemimpin Berarti Menderita”. Pemimpin sejati adalah pemimpin yang siap menderita demi orang yang dilayaninya. Ini hanya salah satu gambaran seorang pemimpin sejati. Ada banyak gambaran lainnya. Oleh karena itu, Bapa Uskup mengajak umat Katolik untuk menjadi pelayan bagi sesama. Dalam pelayanan itu dibagikan Kasih Kristus.

Menurut ketua panitia misa Krisma tahun ini, yang dipercayakan kepada dekenat Jakarta Pusat, jumlah umat Katolik yang hadir meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Ini terlihat dari buku panduan misa yang habis terpakai, bahkan ada sebagian umat yang tidak kebagian. Buku panduan misa dicetak sesuai jumlah umat tahun lalu.

CPR, 5/4/2012
Gordi Afri



Menulis skripsi ibarat berjalan di jalanan umum. Ada rambu lalu lintas yang mesti dipatuhi, ada petunjuk jalan yang mesti diikuti. Maka, pada bagian keempat ini, kita akan membahas “rambu-rambu menulis skripsi” yakni Membaca Buku Petunjuk Menulis Skripsi.

Buku petunjuk menulis skripsi biasanya disiapkan dari kampus. Di kampus kami, buku ini dibagikan saat ketua program studi membahas persiapan bersama sebelum menulis skripsi. Buku itu dibagikan keada setiap mahasiswa. Di dalamnya terdapat petunjuk misalnya, bagaimana memilih buku, membaca buku, membuat rangkuman dan kesimpulan, teknik mencari ide utama paragraf, dan sebagainya. Ada juga petunjuk praktis lainnya seperti ukuran kertas, model catatan kaki (footnote) atau catatan akhir (endnote), ukuran huruf, panjang kiri-kanan-atas-bawah, tata letak judul, kulit depan skripsi, penulisan abstraksi, dan sebagainya. Singkatnya, segala yang berkaitan dengan teknik penulisan dan teknik praktis, ada di situ.

Buku petunjuk menulis skripsi juga sebenarnya sudah banyak dijual di toko buku umum. Ada banyak dosen dan penulis lain yang membuat satu buku petunjuk menulis skripsi dan karya ilmiah lainnya. Buku petunjuk semacam ini amat membantu kita dalam menulis. Beberapa teman mengalami kesulitan pada awal menyusun skripsi. Ada juga beberapa teman yang tidak mengalami kesulitan karena sudah membaca buku petunjuk itu sebelumnya. Ini berarti bahwa buku petunjuk itu sangat membantu kita dalam menyusun skripsi.

Buku petunjuk yang dijual di toko buku umum digunakan sebagai referensi menulis. Dengan petunjuk yang tertulis di situ, kita bisa menulis dengan baik. Kekreatifan dalam menulis akan muncul setelah membaca buku itu dan mulai mempraktikkannya.

Namun, untuk keperluan yang lebih penting sebaiknya membaca buku petunjuk dari kampus. Sekali lagi, buku petunjuk dari toko buku umum hanya digunakan sebagai bahan untuk memperkaya bacaan dan pegangan. Buku petunjuk dari kampus tetap digunakan sebagai referensi utama dalam menulis. Mengapa?

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap kampus memiliki kriteria tersendiri dalam menulis skripsi. Ini kebijakan intern kampus. Standar atau model skripsi di UGM misalnya bisa jadi berbeda dengan standar dan model skripsi di Universitas Nusa Cendana Kupang. Bahkan boleh jadi, standar dan model skripsi di setiap fakultas dan program studi di satu kapus akan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, sebaiknya kita berpegang pada buku petunjuk yang diberikan dari kampus, entah melaui ketua program studi atau dekan fakultas.

Di kampus kami standar dan modelnya sama untuk dua program studi Filsafat dan Teologi. Standar di sini mencakup peraturan tentang ukuran kertas, panjang kiri-kanan atas-bawah, ukuran huruf, dan sebagainya.

Hal ini kelihatan sepele namun turut berpengaruh dalam keberhasilan dalam menulis skripsi. Ada kisah menarik dari kakak kelas saya dulu. Seorang dosen penguji menanyakan alasan mengapa tidak dicantumkan tujuan penulisan skripsi sebagai persyaratan mencapai gelar sarjana. Syarat itu tertera dalam buku petunjuk dari kampus. Gara-gara itu nilai ujian skripsi berkurang.

Jadi, dalam menulis skripsi perlu diperhatikan hal kecil semacam ini. Petunjuk itu berguna bagi kita demi kelancaran penulisan skripsi sekaligus menjadi momok yang mematikan jika kita melanggarnya. Bayangkan jika kita tidak berhasil gara-gara melanggar peraturan dalam buku petunjuk itu? Bagian berikutnya, kita akan melihat bagaimana membaca buku skripsi. Salam, 26/3/2012 Gordi Afri.***

Menulis Skripsi (3)



Powered by Blogger.