Halloween party ideas 2015



google.co.id

Novel ini mengisahkan kehidupan dua bersaudara, Mansur dan Laminah, kakak-adik, anak dari Madang. Mereka sejak kecil ditinggal ibu. Lalu ayah meninggal saat mereka sang Kakak kira-kira berumur 8-9 tahunan. Sang adik masih kecil.

Sejak kepergian ayah, mereka tinggal dengan Tante. Di situ mereka hidup tidak tenang. Mansur dipaksa bekerja keras, menggembala di padang, dan mencari kayu bakar. Sedangkan adik, Laminah, dipaksa menjaga sepupunya yang masih kecil.

Sewaktu masih ada ayah, mereka hidup bahagia. Ayah sering memungut durian atau mencari ikan di sungai. Mereka menunggu di rumah. Mereka juga ikut ayah menjual durian ke ujung sungai. Pergi dengan rakit yang bergerak dengan arus sungai.

Mereka juga sering berkunjung ke rumah Tante yang berdekatan. Waktu itu Tante dan suaminya sayang sama mereka. Mereka dimanja.

Namun, ketika ayah tidak ada, sikap suami Tante berubah. Dia menjadi bengis dan kadang-kadang tidak menaruh iba pada anak yatim piatu itu. Laminah yang jadi korban, dipukul karena membuat anaknya luka. Padahal anaknya menginjak pisau saat bermain dengan Laminah.

Apa boleh buat, sang kakak makin besar dan tangguh. Mereka berlindung di rumah sepasang kakek-nenek yang amat sayang pada mereka sebelum berangkat ke Bengkulu untuk mencari pekerjaan.

Saya salut dengan kegigihan-perjuangan sang kaka beradik dalam novel ini. Meski ini hanya novel, kisahnya membawa pesan perjuangan dan kejujuran. Kedua nilai ini yang dihidupi kakak-beradik.

Namun, saya tidak begitu tertarik dengan novel ini. Sesuai judulnya, kisah kedua kakak-adik ini berakhir tragis. Mereka selalu dirundung duka. Banyak cobaan hidup yang mereka alami. Sampai akhirnya adik bunuh diri dengan cara mencebur ke laut karena stres sang kakak dipenjarakan.

Kemudian sang kakak kecewa karena harus hidup sendiri. Baginya tidak ada arti kalau adik telah tiada. Dia pergi dengan kapal lalu mencebur ke laut. Kru penyelamat kapal berusaha menolongnya namun gagal.

Saya sedih membaca novel ini. Amat sedih mengikuti kisah hidup kedua kakak-adik ini. Terlalu sedih. Penulis novel ini mengisahkan cerita yang berakhir sedih.

Meski ini novel tua, patut dibaca. Bahasanya masih gaya dulu. Paling tidak saya jadi tahu gaya bahasa zaman itu.


Judul Buku: TAK PUTUS DIRUNDUNG MALANG
Penulis: S. Takdir Alisjbhana
Penerbit : Dian Rakyat
Tahun terbit: 1993 (Cet ke-13)
Kota Terbit: Jakarta
Jumlah halaman: 116


PA, 23/3/13
Gordi


Post a Comment

Powered by Blogger.