Halloween party ideas 2015

Kue Unik di Hari Ulang Tahun Kota Parma
 
model lain dari kue berbentuk sepatu 'scarpette di sant'illario'
FOTO: comeunfiorellinodirosmarino.blogspot.com
Kota Parma termasuk kota kreatif. Kreatif bisa dalam bidang apa saja. Beberapa di antaranya sudah terkenal di seluruh dunia. Sebut saja keju parmigiano yang sudah akrab di lidah pecinta kuliner. Satu lagi rupanya yang membuat warga Parma makin kreatif yakni kue kas dalam pesta HUT kota Parma.

Setiap tanggal 13 Januari, warga Parma beramai-ramai memeriahkan ulang tahun kota yang mereka cintai. Hari itu pun menjadi hari libur untuk seluruh warga kota. Universitas dan sekolah-sekolah libur, kantor pemerintah dan pabrik juga demikian. Pada hari itu—atau juga sehari sebelumnya—di rumah-rumah warga dan di tempat belanja atau di restoran, disediakan makanan kas warga Parma. Makanan ringan yang manis itu disebut Scarpette di Sant’Ilario atau sepatu dari Santo Hilarius.

Kue ini memang berbentuk sepatu. Kisahnya mengingatkan mereka akan sosok Santo Hilarius atau Sant’Ilario sebagai Pelindung kota Parma. Dalam legenda yang beredar, Ilario melewati kota Parma pada musim dingin. Ia sedang melakukan perjalanan panjang dari Poiters-Prancis ke Roma-Italia. Tukang sepatu di kota Parma yang melihatnya tanpa sepatu memberinya sepasang sepatu. Illario berterima kasih kepada tukang sepatu itu. Keesokan harinya, tukang sepatu itu melihat sepasang sepatu dari emas di tempat ia bertemu dengan Sant’Illario sehari sebelumnya. Ia kaget dan mengira tidak benar. Tetapi, sepatu itu memang benar-benar dari emas.
 
Sant'Illario atau Santo Hilarius FOTO: morethanfood.wordpress.com
Illario (315-367) sendiri adalah seorang Uskup dalam Gereja Katolik. Ia lahir dan meninggal di kota Poiters, Prancis. Dalam sejarah literatur Gereja Katolik, Illario dikenal sebagai Filsuf, Teolog, Penulis, dan Doktor Gereja atau Pujangga Gereja. Tentu saja dia juga adalah seorang Uskup dan akhirnya juga diberi gelar Santo pada pertengahan abad XIII (1851) oleh Paus Pius IX. Tidak banyak Filsuf dan Teolog dalam Gereja Katolik yang diberi gelar Pujangga Gereja atau Doktor Gereja. Sant’Illario menerimanya karena kepiawaiannya dalam bidang Filsafat dan Teologi.

Dalam sejarahnya, kepiawaian Illario sebagai Filsuf dan Teolog diakui bukan saja oleh Gereja Katolik. Gereja Anglikan di Inggris dan Gereja Ortodoks di Rusia pun mengakuinya. Illario sendiri berasal dari keluarga kaya yang tidak mengenal agama (pagano). Dengan kepiawaiannya dalam bidang FIlsafat, ia mencari dan terus mencari ilmu pengetahuan termasuk membaca Kitab Suci agama Kristen Katolik dan akhirnya bergabung dan menerima baptisan dalam Gereja Katolik.

Boleh jadi tidak semua warga Parma tahu sejarah sosok Pelindung kota mereka ini. Tetapi, yang jelas bagi mereka, sosok ini adalah Pelindung kota mereka yang memberi mereka anugerah dan rejeki termasuk untuk menghadiahkan Kue Kas Scarpette di Sant’Ilario pada hari ulang tahun kota mereka.

Pada Jumat pagi itu, kami juga mendapat Kue Kas ini dari Tukang Roti yang datang setiap pagi. Dia memberikan secara gratis. Ini hadiah terindah. Tidak masuk dalam daftar roti yang akan dibayar setiap akhir bulan. Di sekolah, anak-anak yang kami jumpai pada hari sebelum dan sesudah pesta juga menyinggung soal kue ini. Rupanya sudah populer seperti makanan khas lainnya dari kota Parma.
 
SIndaco atau Walikota Parma Federico Pizzarotti memberi sambutan
sebelum penyerahan hadiah medali, tampak pejabat kota madya Parma
bersama Uskup Parma Mgr Enrico Solmi (kedua dari kiri)
di Auditorium Paganini, FOTO: parmadaily.it
Pada perayaan HUT yang ke-2200 ini, Pemerintah kota Parma memberikan hadiah (premio di Sant’Illario) Medali Emas dan Setifikat Prestasi Sipil (Attestati civica benemerenza) kepada 7 orang dan lembaga yang berjasa untuk kota Parma. Penghargaan ini diberikan setiap tahun pada perayaan HUT. Tahun 2017 ini, medali emas diberikan kepada Arturo Carlo Quintavelle (Profesor emeritus Sejarah Seni di Universitas Parma), dan Sertifikat Prestasi Sipil kepada Giulia Ghiretti (Perenang Putri nasional dan internasional, lahir tahun 1994 di Parma), Cus Parma (Lembaga Olahraga yang lahir dari inisiatif mahasiswa di Universitas Parma), Lanzi Trasporti (Perusahaan penghubung antar beberapa bandara dan dermaga di sekitar kota Parma), Emporio di Parma (Organisasi Pasukan Sukarela yang dibentuk selama krisis moneter tahun 2008), Comitato Orti (Lembaga non profit yang membantu di rumah-rumah para jompo), Giovanni Ballarini (Profesor dari Persatuan Akademi Masak Italia), Unione Veterani dello Sport (Lembaga Olahraga yang menekankan semangat Kekeluargaan dalam berolahraga).

Mereka ini dipilih dari sekitar 30 orang yang diusulkan pada tahun 2017 ini. Hadiah pada HUT ini diberikan sejak tahun 1986. Saat itu, pemerintah kota Parma berinisiatif untuk memberi penghargaan kepada orang dan lembaga yang berjasa membangun kota dan warga Parma dengan berbagai caranya. Warga dan pemerintah kota Parma berhak memberi usulan setiap tahun untuk menerima penghargaan bergengsi ini. Bidang yang bisa diusulkan adalah ilmu pengetahuan, seni, industri, lapangan pekerjaan, olahraga, bantuan amal, inisiatif dermawan, dan sebagainya.

Penghargaan ini datangnya baru-baru ini saja kalau dibanding dengan usia kota Parma. Kota Parma dalam sejarahnya mulai dibentuk pada tahun 183 Sebelum Masehi. Kota ini adalah satu dari sekian kota jajahan Pasukan Romawi. Dan, sejak saat itu, Parma terus berkembang menjadi kota yang betul-betul berguna. Boleh dibilang, kota Parma melalui banyak pengalaman berharga yang menjadi pijakan dalam perkembangannya.
 
Satu dari banyak model kue berbentuk sepatu pada HUT Kota Parma
FOTO:madeinparma.com
Berbagai torehan prestasi pernah diraih oleh kota berpenduduk sekitar 194.464 orang pada Agustus 2016 ini. Penghargaan internasional pernah diraihnya pada tahun 2014 yang lalu. Saat itu, koran The Telegraph dari Inggris memberi peringkat ke-4 kepada kota Parma dari semua kota di seluruh dunia sebagai kota paling layak dihuni. Sementara majalah Panorama dari Italia—pada tahun yang sama—memberi peringkat sebagai kota terfavorit yang layak dikunjungi oleh seluruh warga Italia.

Setahun setelahnya (2015), Parma mendapat penghargaan internasional dari UNESCO sebagai satu dari beberapa kota kreatif (UNESCO Creative Cities Network). Kota Parma dipilih sebagai “Città creativa” dalam bidang perkembangan ekonomi. Di Italia pada saat itu, hanya terpilih 5 kota saja dari 69 jumlah kota yang dipilih oleh UNESCO.

Saat ini, sudah terpilih sekitar 116 kota dari 54 negara yang tergabung dari jaringan Kota Kreatif ini. Sekitar 7 bidang yang dinilai untuk masuk kategori kota kreatif—lihat situsnya di sini—yakni Crafts & Folk Art, Design, Film, Gastronomy, Literature, Music and Media Arts.

Sampai saat ini, 5 kota di Italia mendapat penghargaan di 5 kategori. Kota Roma dipilih untuk bidang Film, Bologna untuk bidang Musik, Fabriano untuk bidang Seni Kerajinan Tangan, Torino untuk bidang Desain, dan Parma untuk bidang Gastronomia.
 
Medali Emas pada premio Sant'Illario 2017, FOTO: parmaquotidiana.info
Satu lagi penghargaan yang sedang diusahakan oleh kota Parma adalah penghargaan dalam bidang kemanusiaan. Walikota (sindaco) Parma Federico Pizzarotti pada Desember 2016 yang lalu ikut dalam pertemuan tentang Imigrasi di Vatikan. Dia bersama beberapa walikota di Eropa ikut dalam pertemuan yang diprakarsai oleh Negara Vatikan itu ikut mempresentasikan cara menghadapi masalah keimigrasian di Eropa saat ini. Dia mempresentasikan situasi aktual di kota Parma.

Parma memang tergolong cukup terbuka untuk menerima kaum imigran. Banyak organiasi yang bergerak dalam bidang ini. Termasuk beberapa yang masuk kategori ‘daftar hitam’ karena secara gelap bekerja hanya demi keuntungan saja.

Pemimpin Gereja Katolik di Parma Monsinyur Enrico Solmi juga—dalam pesannya kepada warga Parma—mengharapkan kinerja yang lebih dalam bidang kemanusiaan. Dalam pesannya yang dibacakan saat misa HUT di Gereja Katedral Parma, Monsinyur Enrico mengatakan bahwa kebaikan dan kebajikan (volto) manusia-lah yang membangun kota Parma. Ini berarti, kemanusiaan yang menjadi titik pusat dari kota Parma. Lebih lanjut, Enrico mengajak warga Parma untuk memerhatikan bidang ini. Dia juga menghimbau warga Parma untuk memerhatikan wajah kemanusiaan daripada wajah agama atau kelompok ras dari kaum imigran yang hadir di kota Parma. Pesan dari Uskup Parma ini kiranya menjadi tugas bersama baik Pemerintah Kota maupun warga Parma.
 
Tampak sebagian dari Gereja Katedral Parma dalam Misa HUT Kota Parma,
ada pasukan keamanan dari Kantor Walikota Parma, FOTO: agoramagazine.it
Inilah keunikan Parma dengan segala kekayaan tradisi dan budayanya. Andai kota-kota di Indonesia mengembangkan kekhasannya, boleh jadi tidak ada warga kota yang ngangur karena semuanya sibuk bekerja demi kebaikan warga dan kotanya.

Wajah kota yang seperti inilah yang diimpikan untuk Indonesia. Jika ini mulai diterapkan, tidak ada lagi kelompok tertentu—entah yang berbasis agama atau suku bangsa—yang bertindak semau gue. Tetapi, jika Indonesia masih sibuk dengan pencarian, siapa yang benar atau malah memutlakkan hanya agama kami kami yang benar, niscaya pencapaian seperti ini tidak akan tercapai.

Ingat, bukan kelompok berlabel atau suku berlabel yang memajukan sebuah kota tetapi kebajikan dan wajah manusia. Maka, siapa pun Anda, agama apa pun asal Anda, tidak penting. Tidak perlu mengadili agama orang lai. Buktikan dengan perbuatanmu bahwa agamamu benar dan bukan dengan orasi dan demo atau adu otot.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

SELAMAT HUT Kota Parma.

PRM, 15/1/2017
Gordi

*Dari postingan pertama di blog kompasiana



Post a Comment

Powered by Blogger.