Halloween party ideas 2015
Showing posts with label HUT SAYA. Show all posts

SERBA BARU DI USIA 30
 
Berpakaian adat Sierraleon-Afrika pada Perayaan HUT 2014
Angka 30 punya sejarah yang besar di dunia. Lihat saja Yesus yang mulai bekarya pada usia itu.

Seperti Yesus, saya juga merasakan banyak hal baru di usia saya yang ke-30 ini. Saya akan sebutkan di sini hal-hal baru ini.

Kali ini saya merayakan ulang tahun di Italy untuk ke-3 kalinya. Tentunya ada yang baru selama tiga perayaann ini. Hari ini, saya bukan lagi seperti 2 tahun sebelumnya yakni sebagai Frater. Saya kali ini sebagai Diakon, seorang pelayan. Saya bersyukur karena tepat di usia inilah saya melayani sesama dalam tugas khusus ini.

Saking khususnya, teman saya Ivanildo dari Madrid, Spanyol menyampaikan pesan menarik di facebook. Katanya, “Saudara, hati-hati dengan usia 30 tahun. Yesus mulai berkarya di usia itu dan 3 tahun setelahnya Dia wafat. Jangan-jangan kita, Anda khususnya akan melangkah 3 tahun lagi.”

Saya setuju dengan pesannya. Tetapi, saya tidak mau mengikuti yang 3 tahun berikutnya. Maka, Ivanildo menyambung, “Saudara, ini hanya guyonan saja. Kita tetap berkarya seperti biasa meski dalam ketakutan (jika ada) dalam 3 tahun ke depan.”

Saya pun bahagia membacanya. Kebahagiaan inilah yang saya rasakan juga hari ini. Seperti Ivanildo, teman-teman sekomunitas pun bergembira bersama saya. Ada hiasan di dinding dengan deretan gambar foto saya. Kreasi ini muncul dari teman asal Brasil, Evanderson, yang selalu punya ide baru dalam merayakan ulang tahun.

Ide-ide ini memang berkembang akhir-akhir ini di komunitas kami. Dalam perayaan siang tadi, Berto dari Indonesia juga mengenakan pakaian Uskup Conforti pada saya. Ini tentu saja hal baru. Katanya, “Anda sebagai Diakon dan boleh jadi akan menjadi seperti Conforti.”

Tentu ini impian di siang bolong. Tetapi, sebagai perayaan ulang tahun, ini tentu saja menarik sekali.

Saya tak lupa mengucap Terima Kasih pada Bapa di surga, yang memberi hidup melalui kedua orang tua dan saudari/a saya di rumah.

Saat ini, saya senang merayakannya bersama keluarga religius Serikat Xaverian di Parma, Italia.


Terima kasih.

KEGEMBIRAANKU SELAMA 29 TAHUN
tiup lilinnya

Umur saya genap 29 tahun. Umur yang masih muda sekali menurut ukuran orang Italia. Memang, fisik saya kelihatan muda. Masih anak remaja, komentar beberapa orang. Padahal di Indonesia, umur 29 tahun sudah digolongkan matang. Bukan lagi anak remaja tetapi sudah dewasa sekali bahkan bisa bertanggung jawab dan diserahi tanggung jawab.

Saya tidak mempersoalkan komentar orang tersebut. Mereka memang berhak untuk berkomentar atas saya. Tetapi, saya selalu gembira merayakan hari kelahiran saya. Demikian juga dengan umur 29 tahun. Hitung-hitung tinggal 1 tahun lagi genap 30 tahun. Saya membayangkan akan terjadi sesuatu yang lebih istimewa di hari ulang tahun yang ke-30 itu. Tanpa menunggu umur 30, sebenarnya, pada umur 29 ini saja sudah ada kegembiraan itu. Ya, hari ini saya gembira sekali merayakan hari istimewa ini bersama teman-teman.

Seperti biasa, teman-teman di Indonesia sudah mengirim terlebih dahulu ucapan SELAMAT ULANG TAHUN pada saya melalui facebook. Mereka memang lebih dahulu 6-8 jam ketimbang kami di Italia. Perbedaan waktulah yang membuat semua ini misalnya dengan WIT beda 8 jam, WITA 7 jam dan WIB 6 jam. Ucapan lain muncul menurut waktu Italia. Tentu dari teman-teman saya di Italia. Yang uniknya lagi, ucapan yang ada lebih banyak dari tahun lalu. Tahun ini hampir 200-an ucapan. Dihitung dengan mereka yang mengirim lewat pesan inbox facebook yang jumlahnya hampir 20-an. Tambah dengan mereka yang menulis di dinding facebook sekitar 180-an. Panjang sekali daftarnya. Lebih panjang lagi karena ucapannya datang hingga tanggal 19 Februari. Dari 15 sampai 19, 4 hari.

Kegembiraan ulang tahun ini rupanya tidak boleh lama-lama. Hanya 2 hari saja. Tanggal 15 dan 16. Tanggal 16 malam, saya harus masuk dalam kesedihan lagi. Sayang sekali padahal belum sempat telepon ke rumah. Tanggal 16 sampai 20 saya terbaring di tempat tidur. Saya kena influenza yang kebetulan sedang mewabah di Parma dan sekitarnya. Kesannya menjadi lain. Saya langsung memberi label, hari ulang tahun yang membawa sakit. Saya tidak mau menyebutnya sial sebab belum tentu ini sial. Saya justru menggunakan waktu ini untuk bergumul dengan diri saya sendiri dan dengan Tuhan. Setiap hari saya berdoa rosario lebih dari 2-3 kali. Saya ingin menyatukan penderitaan ini dengan penderitaan Tuhan. Apalagi saya merasa dekat sekali dengan Tuhan dalam hari-hari penantian ini. Banyak teman datang ke kamar, menjenguk saya. Ada yang membantu mengantar makanan dan minuman, ada yang sekadar menayankan keadaan saya, ada juga yang datang bercanda. Ada pula yang tidak sempat datang karena sibuk. Saya membiarkan kamar saya tertutup tetapi tidak terkunci 24 jam seperti biasa. Tak heran jika ada yang datang pada malam hari saat saya tidur. Saya tahu mereka begitu baik pada saya. Saya melihat Tuhan lewat mereka yang datang dan hadir di depan saya. Sungguh ini bukan lompatan iman. Ini adalah cara saya memaknai sakit saya selama beberapa hari ini.


Suhu tubuh naik turun, batuk keras, kepala pusing, tidak ada nafsu makan, tulang punggung dan bagian belakang terasa sakit. Inilah gejala yang saya alami pada malam pertama. Sampai-sampai saya tidak bisa tidur nyenyak. Tidak nyaman pokoknya. Untunglah saya lewatkan malam ini. Pagi hari, saya menelepon teman saya agar jangan menunggu saya ke sekolah. Saya sakit, kata saya, kalian pergi saja. Tidak lama kemudian datang seorang teman ke kamar membawa sarapan. Dia membawa juga kegembiraan pada saya. Katanya, ada dokter Gildo. Saya dan dia berharap agar dokter ini datang menemui saya atau minimal melihat keadaan saya. Harapan kami terkabulkan. Dokter Gildo satang.

“Sakit kepala, panas?” tanyanya pada saya. Dia datang dengan Pastor Alfio SX yang mengetuk pintu kamar saya.
“Ya dok. Lalu, bagian belakang juga rasanya sakit, tidak nyaman untuk tidur,” sambung saya.
“Semuanya saya sudah mengerti. Ini influenza. Di luar sana sedang berjangkit influenza. Minum paracetamol dan tidur,” balasnya tegas.

Setelahnya, mereka keluar dan saya minum obat paracetamol yang diantar oleh Pastor Alfio ke kamar saya. Hari-hari berikutnya saya lalui di dalam kamar sampai Sabtu 20 Februari. Hari Sabtu saya ikut doa pagi. Rencananya mau ke sekolah tetapi rupanya belum kuat. Saya pun tinggal dan istirahat di kamar. Tidak bisa beraktivitas di luar. Daripada tidur terus, saya membaca buku.

Rupanya butuh waktu lama untuk memulihkan keadaan ini. Dari Sabtu yang lalu itu, hari ini baru saya bisa menulis kenangan indah ini. Butuh waktu 1 minggu. Totalnya dari sakit sampai sekarang 2 minggu. Hari ini, batuk kering masih ada, panas sudah hilang, flu juga hilang. Entah sampai kapan batuk kering ini. Semoga cepat sembuh.

Hari Minggu yang lalu saya sudah telepon ke rumah. Bapak ibu dan adik-adik sehat. Saya gembira mendengar keadaan mereka baik-baik begini. Kegembiraan yang dicampur dengan kesedihan. Saya dengan sedih menyampaikan pada Mama bahwa saya baru saja sembuh dari sakit dan sedang sakit kecil-kecilan juga. Mama yang sebelumnya senang dan mengucapkan selamat ulang tahun pada saya langsung berubah nada suaranya. Tetapi saya meyakinkannya bahwa saya sudah sembuh. Dia kemudian membalasnya dengan nada suara gembira seperti sebelumnya. Rupanya mereka sedang merayakan ulang tahun dari adik saya paling kecil. Jadi, tidak apa-apalah saya ikut gembira bersama mereka.

Saya berterima kasih pada Tuhan atas pengalaman indah di hari ulang tahun ke-29 ini. Meski sakit setelahnya, saya tetap mengucapkan terima kasih pada Dia dan juga pada teman-teman. Sungguh Tuhan Yesus dan teman-teman hadir bersama saya dalam sakit saya selama hampir 2 minggu ini. Saya memang tidak banyak beraktivitas. Saya banyak diamnya. Dalam diam saya memikirkan teman-teman saya yang membantu saya. Saya memikirkan Tuhan Yesus yang begitu baik mengirim teman-teman ini untuk membantu saya. Makanya saya juga ingin menjalin relasi yang dekat dengan Tuhan. Satu-satunya doa yang bisa saya panjatkan selama sakit adalah doa rosario. Maka, saya mendaraskannya sambil tidur atau kadang-kadang duduk, dari 2-3 kali atau lebih dalam sehari. Rasa-rasanya saya berdialog langsung dengan Tuhan dalam doa tersebut. Terima kasih Tuhan.

PARMA, 27/2/2016

Gordi

seorang sahabat di kota Parma memainkan violinnya saat acara HUT
Dua puluh delapan tahun lalu saya lahir. Hari ini, Minggu 15 Februari 2015, usia saya genap 28 tahun. Ibu saya bercerita bahwa saya lahir pada hari Minggu. Hari ini hari Minggu. Tepat seperti hari kelahiran saya 28 tahun lalu. 

Terima kasih
Saya ungkapkan rasa terima kasih saya kepada Tuhan yang memberikan usia ini. Terima kasih kepada orang tua saya yang melahirkan saya, membesarkan, menyekolahkan, mendukung perjalanan hidup saya, hingga hari ini. Bukan saja orang tua. Teman-teman saya juga. Para guru dan pendidik saya.

Rasa terima kasih ini saya haturkan pertama kali hari ini untuk teman-teman kolega saya di kota Parma, Italia. Ini adalah kali kedua saya merayakan hari ulang tahun di kota ini, di negara Italia ini.

Tepat setelah doa pagi, mereka memeluk saya dan mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN. Pelukan itu berarti tanda mereka menyanyangi saya, mengucap syukur pada Tuhan bersama saya. Saya ingat momen-momen seperti ini ketika berada di rumah. Satu per satu mereka datang dan mengucapkan, AUGURI, HAPPY BIRTHDAY, SELAMAT ULANG TAHUN, BUON COMPLEANNO. Saya membalas dengan ucapan GRAZIE, TERIMA KASIH, THANK YOU.

Ratusan ucapan
Ungkapan SELAMAT ULANG TAHUN ini juga saya terima dari teman-teman jauh melalui dunia maya. Ada yang mengirim lewat email, pesan face book, komentar di blog kompasian, dan dinding face book. Mereka menulisnya dalam berbagai bahasa, Indonesia tentunya mayoritas, Italia, Inggris, juga Spanyol, dan Portugis. Saya terharu dan berterima kasih pada Tuhan dan pada teman-teman semua yang mengirim ucapan ini.
tiup lilinnya....
Dari segi jumlah, ada peningkatan. Tahun lalu hampir ratusan pesan dan ucapan. Tahun ini meningkat menjadi hampir 200-an. Bukan saja pada 15 Februari, ada yang mengirim keesokannya bahkan sampai 4 hari berturut-turut. Saya menjadi terkenal dengan banyaknya pesan yang datang ini. Kata teman saya di Minggu pagi ini, Sei diventa famoso oggi, you are most famous today.

Usia Berkurang
Keponakan saya berkomentar usia saya bertambah maka saya juga tambah tua. Memang benar. Dan, semoga bertambah usia, bertambah bijaksana, pikir saya. Seorang teman berkomentar, SELAMAT BERKURANG USIA ya. Benar juga. Usia bertambah berarti usia berkurang. Usia masa hidup memang bertambah menjadi 28 tetapi usia untuk hidup di planet bumi ini juga sekaligus berkurang. Makin tua saya tinggal di bumi, makin dekat masa akhir hidup saya. Ini hukum alam.

Saya tak peduli dengan semua ini. Saya hanya mengucap terima kasih beribu-ribu kali lagi untuk anugerah terindah ini. Anugerah yang saya terima dan juga saya rasakan dari sesama. Anugerah itu datang dari Tuhan dan juga dari sesama. Entah mengapa saya merasa terharu dengan ucapan selamat ulang tahun yang saya terima tahun ini.

Yang jauh saja, mau mengirim ucapan via internet. Yang dekat, malah, ucapkan langsung. Baik yang tinggal serumah dengan saya, maupun di paroki tempat saya membantu mengajar anak-anak setiap hari Minggu. Pastor paroki mengumumkan jika hari ini hari ulang tahun saya. Semua dengan lantang mengucapkan TANTI AUGURI. Anak-anak yang saya dampingi juga datang mengucapkan dan memeluk saya beramai-ramai. Orang tua mereka mengucapkan sekali lagi, HAPPY BIRTHDAY, sesaat setelah misa usai.

Terima kasih Tuhan. Ini kali kedua saya merayakan ulang tahun di kota ini dan di negara tercinta ini. Jauh dari Indonesia namun merasa dekat dengan membaca pesan SELAMAT ULANG TAHUN dalam bahasa Indonesia. Cukup sampai di sini saja. Terima kasih untuk kalian semua yang mengucapkan tanda kasih sayang ini pada saya.

Parma, 15 Februari 2015
Gordi

Perayaan Ulang Tahun bersama teman-teman di komunitas Parma


Tahun lalu saya merayakan ulang tahun di Yogyakarta, Indonesia. Tahun ini tepatnya 2 hari yang lalu (15 Februari 2014), saya merayakannya di Parma, Italia. Tempat berubah dan usia juga berubah.

Perubahan ini juga terasa dalam perayaannya. Kali ini amat meriah. Maklum tempatnya berbeda. Saya tidak mau membandingkan. Saya hanya mau berbagi cerita. Kebetulan juga pada hari yang sama ada teman lain yang berulang tahun. Kami berdua menjadi pusat perhatian, katakanlah demikian.

Perayaan hari ini memang cukup ramai. Ada beberapa teman dari teman saya yang datang dari luar kota, Modenna, Italia. Saya ikut senang dengan kehadiran mereka. Ini untungnya perayaan bersama. Komunitas pun menjadi ramai. Lebih ramai lagi karena teman-teman di komunitas memberikan hadiah menarik untuk kami. Saya mendapat alat musik mp4 dan teman saya, Simon dari Siera Leone, mendapat buku bacaan. Kedua hadiah ini tentu menarik.

Penyerahan hadiah saat makan siang (IL Pranzo, dalam bahasa Italia). Sebelumnya kami berdua diarak masuk kamar makan. Lalu, disuruh menyampaikan kesan dalam satu atau dua frase, tidak lebih. Kemudian ini yang unik, kami yang berasal dari berbagai negara menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun dalam bahasa Indonesia. Hidup Indonesia, gumamku dalam hati. Tentu ada teksnya yang dibagikan pada semua.

Setelah itu, saya dan Simon meniup lilin di atas kue tar (Torta) yang ada di atas meja. Tidak sulit mematikan lilin ini. Setelahnya, kami memotong kue itu, dan membagikannya ke semua anggota komunitas. Kue tar tanpa anggur rasanya ada yang kurang. Itulah sebabnya, teman saya Pandri menyediakan anggur putih. Ini budaya Italia, Torta plus Vino Biancho (Anggur Putih). Lalu?

Lalu ada lagi hal lainnya yang menarik di hari ulang tahun kali ini. Malam harinya, saat makan malam (La Cena) ada satu keluarga yang datang menyediakan hidangan makan malam. Keluarga ini adalah kenalannya Simon. Makanan yang dihidangkan enak sekali. Ada daging dan pasta yang digoreng. Juga ada torta lagi. Dan kami berdua yang memotongnya dan membagikannya pada semua. Lagi-lagi Vino Biancho sebagai temannya.

Saya senang sekali mengalami semua ini. Dalam hati juga saya senang karena di facebook ada lebih kurang 130-an lebih ucapan dan pesan Selamat Ulang Tahun dalam 3 bahasa, Indonesia, Inggris, dan juga Italia. Tahun lalu tidak sebanyak ini. Saya ingat hanya 90-an. Berarti ada peningkatan. Selain facebook, ada juga yang melalui email. Dan, saya terharu sekali mendapat ucapan selamat dari pemimpin kami di Italia baik pemmpin komunitas maupun pemimpin untuk negara Italia. Terima kasih padre tuk ucapannya.

Saya menulis satu paragraf di facebook sebagai ungkapan cinta saya pada mereka yang sudah memberikan per-HATI-an pada saya di hari jadi ke-28 ini. Tentunya tak lupa perhatian dari anggota keluarga saya di Indonesia, Adik, Bapa-Mama, juga ponakan tersayang. Dan, 3 hari sebelum hari indah ini saya mendapat hadiah kartu telepon internasional dari seorang sahabat. Kartu yang namanya World Master ini bisa digunakan untuk menelepon ke Indonesia. Tunggu waktu yang tepat untuk menggunakannya. Setelah semua tugas beres, saya akan telepon.

Oh ya tak lupa saya ucapkan terima kasih pada teman-teman kelas saya (Basil, Severin, dan Matias) di Italia juga untuk guru kami (Patricia dan Sara) yang sudah memberikan hadiah gula-gula dan ucapan selamat ulang tahun di kelas.

Saya kutipkan di sini goresan saya di facebook. I am happy receive the greetings from our superior regions in Italy, Father Rosario on my birthday. I remember the same situation when I am in Indonesia received the greetings from our superior Father Baravalle. And, not also from him, but also from my confreres in Italy and USA with Father Joe Ma. I think I am not alone. Really. Thanks God, thanks for you all, my friends and my confreres. Senang sekali mendapat ucapan, doa, dan harapan dari teman-teman dan saudara/i saya di hari ulang tahun kemarin. Ini hadiah (rahmat) yang mengagumkan. "Grazie a tutti, sono contento celebriamo il mio compleanno", una frase che gli ho detto ieri quando abbiamo celebrato festa compleanno in comunità. Grazie mile ai miei fratelli e grazie a Dio.

Parma, 17/2/2014


Tak terasa usia saya sudah lebih dari ¼ abad. 26 tahun. Tak terbayangkan. Betapa indah hidup ini.

Hari ini, 15 Februari 2013, saya memperingati ulang tahun kelahiran saya. Tidak ada peringatan istimewa. Bukan hari khusus juga. Meskipun, saya sendiri merasa hari ini sebagai hari istimewa. Makanya, saya mau Bersyukur kepada Tuhan atas usia ini.

Saya kebetulan sekarang tinggal di Yogyakarta. Hanya ada ucapan selamat dari keluarga, teman-teman dan sahabat, dan juga anak-anak binaan saya, dan sahabat di Yogyakarta. Bagi saya ini sudah sangat istimewa.

Entah ada yang mengirim hadiah khusus, itu bukan impian saya. Diberi boleh tidak juga tidak apa-apa. Yang penting adalah doa.

Saya sengaja menulis catatan di blog saya ini. Kebetulan sudah lama saya tinggalkan. Gara-gara keasyikkan di blog kompasiana. Semoga mulai hari ini saya kembali mengunjungi blog saya ini. Juga di blog saya yang lain.

Saya hanya bersyukur kepada tuhan atas usia ini. Terima kasih atas ucapan dan doa dari sahat, kenalan, teman-teman, melalui pesan singkat, email, facebook, dan sebagainya.

Terima kasih Tuhan
Terima kasih Bapak dan Mama
Terima kasih alm. Kakak
Terima kasih tuk adik-adik semua
Terima kasih tuk pendidik
Terima kasih tuk teman-teman dan sahabat

Aku bersyukur bisa hidup bersama kalian semua. Syukur kepada-Mu Ya Tuhan.

Pandega Asih, Yogyakarta, 15 Februari 2013

Gordi Afri


Gambar: Google images
Tiap kali merayakan hari ulang tahun pasti saya kembali membayangkan peristiwa kelahiran saya. Entah mengapa saya punya kebiasaan seperti itu. Pada hari itu juga saya merasa bahagia ketimbang hari lainnya. Boleh dibilang inilah hari bahagia kekal saya dalam hidup. Oleh sebab itu saya rindu untuk merayakan hari ulang tahun di mana pun dan kapan pun. Kerinduan itu pun menjadi kerinduan abadi dalam hidup.

Menurut cerita mama, kelahiran saya menjadi sebuah momen bahagia bagi keluarga. Dua tahun setelah menjalani hidup berkeluarga, Bapak dan Mama merindukan anak, dan saat itu juga Kakak saya lahir. Kerinduan berikutnya adalah kehadiran saya sebagai adik. Kata mereka, sempat muncul rasa was-was, “Jangan-jangan kita mesti menunggu dua tahun lagi baru adik ada.” Beruntung ketika kakak saya berusia 1,1 tahun, saya lahir. Bapak dan mama amat bahagia. Selain mereka, keluarga dan orang yang membantu proses kelahiran saya turut berbahagia.

Kini, 24 tahun peristiwa itu berlalu. Masihkah ada yang berbahagia? Tanggal 15 Februari yang lalu usia saya merayakan ulang tahun ke-24. (Hmmm…setahun lagi genap ¼ abad). Pada hari itu juga ucapan selamat berbahagia datang dari berbagai penjuru. Yang pertamaYang kedua adalah konfrater sekomunitas. Yang ketiga adalah teman-teman saya yang menyampaikan ucapan selamat melalui dunia maya (facebook dan email). Teman-teman di dunia maya dibagi dalam dua kelompok yakni kelompok di dalam negeri dan kelompok luar negeri. Yang keempat—yakni  pada malam hari—adalah bapak dan mama serta kedua adik saya yang paling kecil. Pertanyaan di atas tadi dapat dijawab. Selain saya dan keluarga, masih ada orang yang berbahagia di usia saya yang ke-24. mengucapkan selamat adalah adik saya yang pertama dan yang kedua.

“Perawat” pohon kehidupanku
Tangan pertama yang menyentuh jiwa dan raga saya adalah Mama. Dialah yang membesarkan dan mendidik saya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Air susunya menjadi sumber hidup bagi jiwa dan raga saya. Dalam pelukannya yang berbalut cinta, saya bertumbuh secara ragawi dan psikologis. Katanya dalam suatu percakapan dengan saya, “Kamu dulu punya raga yang besar ketimbang kakak. Berat badan saya juga lebih besar. Banyak tidur dan sering nangis pertanda lapar atau mau buang air.” Selain dia ada BapakTerima kasih untuk Mama dan Bapak. yang sering bermain di waktu senggang. Kalau pulang sekolah, dia menggendong saya. “Kamu cepat tertidur kalau digendong,” katanya. Dalam tanggannya yang hangat saya dibesarkan.

Saya bertumbuh dalam didikan para guru/pendidik meski pendidik pertama dan utama adalah Bapak dan Mama. Saya mengingat kembali peran pendidik yang membentuk kepribadian dan pemikiran saya hingga saat ini. Saya mencoba menghitung kira-kira sudah mencapai 50-an lebih pendidik baik di pendidikan formal maupun yang informal dan nonformal. Selain mereka, saya ingat almarhum Kakak saya dan Adik-adik saya yang juga berperan dalam mendidik saya. Saya menganggap merka sebagai “perawat” pohon kehidupanku. Terima kasih buat para pendidik, pengajar, almarhum Kakak dan Adik-adik saya. Pengalaman hidup bersama kalian amat berharga bagi saya.

Saya yang sekarang
Saya yang sekarang adalah buah dari pendidikan yang diberikan keluarga dan para pendidik saya. Saya menjadi “saya yang sekarang” dengan segala kelebihan dan kekurangan, dengan sikap dan sifat serta tingkah laku yang sekarang adalah buah dari perawatan para pembentuk kepribadian saya. Selain keluarga dan pendidik dalam arti luas, yang memengaruhi perkembangan kepribadian saya adalah lingkungan dan teman-teman. Lahir dan dibesarkan di kampung, mendapat pendidikan menengah di kota kecil, dan sekarang menghidupi hidup harian di kota besar. Singkatnya, saya yang sekarang adalah saya yang dirawat, dibesarkan, dididik, dan dipengaruhi oleh keluarga, pendidik, teman, dan lingkungan. Saya berterima kasih buat semua teman saya sejak sebelum sekolah dasar hingga saat ini.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mau berdoa bagi teman-teman dan siapa saja yang tidak merasa bahagia di saat hari ulang tahunnya. Saya ingat teman-teman di penjaraanak-anak jalanan dan kaum tuna wisma yang tidak sebahagia saya dalam merayakan hari ulang tahunnya. Semoga Tuhan memberi mereka kebahagiaan hati dalam mensyukuri hari ulang tahun mereka. Saya juga berdoa bagi teman-teman yang dengan segala cara mendukung panggilan hidup saya hingga saat ini. Tuhan sudah membalas jasa kalian. yang tidak bisa berbahagia bersama keluarga di hari ulang tahunnya. Saya ingat teman-teman saya khususnya

Akhirnya, saya mau bersyukur dan berterima kasih kepada Bapa di surga atas anugerah usia yang baru ini. Usia yang baru ini menjadi kesempatan yang baik untuk mewujudkan impian saya. Bagi saya, peziarahan ini belum berakhir. Kesempatan kemarin hingga saat ini menjadi pijakan yang kuat untuk meloncat ke peziarahan esok, lusa, dan hari-hari ke depan. Apa yang sudah saya lakukan, saya persembahkan buat Tuhan. Dan Tuhan ingin memberi tugas baru bagi saya yakni membagi kasih-Nya kepada sesama lewat kesaksian hidup saya. Mari teman-teman, kita bersama-sama, melangkah berdampingan, membagikan kasih Tuhan kepada sesama. Aminnn…

Cempaka Putih, 18 Februari 2011

Gordy Afri

Powered by Blogger.