Halloween party ideas 2015
Showing posts with label MEDIA. Show all posts



Wah....malam ini benar-benar kacau. Kompasiana tidak bisa diakses. Macet total untuk akses masuk.

Saya menduga kompasiana eror lagi. Sebab, dulu saya pernah mengalami seperti ini. Lebih payah karena emailnya waktu itu ikut macet juga.

Malam ini saya bisa mengakses emailnya sehingga untuk konfirmasi mudah. Akun saya memang sedang eror. Saya tidak tahu penyebabnya.

Tiba-tiba saja passwordnya diganti. Entah siapa yang mengganti. Password yang dikirim ke email juga tidak berlaku. Bisa dibuka tuk sejenak. Kemudian macet lagi. Setelah 3 kali konfirmasi baru bisa dibuka lagi.

Wah...benar-benar pusing. Belum apa-apa sudah pusing. Masalah kecil begini sudah pusing. Saya sampai membuat satu tulisan lagi tentang ini. Dan, saya masukan ke blogspot saya. Rupanya kompasiana bisa diakses lagi. Ternyata kompasiana tidak eror.

Pengalaman unik yang melibatkan perasaan juga. Muncul prasangka kompasiana eror lagi. Ternyata tidak. Terima kasih admin kompasiana. Akun saya bisa dibuka lagi.

PA, 15/2/13

Gordi


Saya termasuk kompasioner yang tulisannya hilang ditelan dunia maya. Beberapa tulisan hilang. Kalau dicari hanya ditunjukkan linknya saja. Kalau dibuka kadang-kadang muncul  dan tidak. Saya tidak tahu bagaimana nasib tulisan itu nanti.

Memang saya sudah menyimpan di komputer saya. Arsip tulisan memang masih ada. Saya bisa memosting kembali. Hanya saja yang belum jelas adalah penyebab terganggunya kompasiana ini. Tampaknya amat mengganggu kompasioner. Saya bahkan tidak menulis tadi pagi gara-gara sulit untuk masuk.

Saat ini saya menulis dan tidak tahu, apakah nanti bisa diposting dengan lancar atau tidak. Mudah-mudahan lancar dan tidak dikacau-balaukan lagi. Satu tulisan yang kemarin sudah hilang jejaknya.

Selain itu, yang bikin ganggu adalah susunan tulisan. Ada tulisan saya yang muncul 2 kali. Jumlah pembacanya ada yang sama, ada yang banyak dan hanya 1-4 orang. Jam tayang juga berbeda. Dan ada yang aneh, waktu tayang mundur sampai tahun 1970.

Semoga saja ini sedang ada perbaikan di kompasiana. Dan kelak akan kembali normal. Kalau tidak wah...betapa kompasiana ini belum lolos dari hacker. Demikian saja tulisan siang ini. Selamat siang untuk pembaca semuanya.

PA, 19/2/13
Gordi



Ada satu kesalahan besar di kompasiana. Ini bukan dari sudut kompasiana. Tetapi, dari kompasioner. Dan, bukan semuanya. Hanya segelintir. Termasuk saya.

Saya seringkali sulit menentukan jenis kelamin teman kompasioner. Karena fotonya yang bukan asli, atau foto benda tertentu (bunga, garuda, dsb), juga karena namanya.

Saya juga dulu pernah memakai foto benda dan bukan foto saya sendiri. Saya memakai foto tumpukan bulatan pink. Entah apa namanya. Saya mengambil dari google. Gambar itu menarik sehingga saya memakainya.

Beberapa teman memanggil saya mbak. Entah dari mana mereka melihatnya. Dari gambar? Dari nama? Mungkin saja.

Lalu saya menjelaskan saya ini mas lho. Jawaban dalam komentar. Sebulan kemudian saya memakai gambar asli saya. Jadi jelas, saya ini mas dan bukan mbak.

Boleh jadi panggilan itu dari nama. Nama saya sebenarnya netral. Ada yang mas ada juga yang mbak. Apalagi saya hanya memakai nama satu kata saja. Nama saya memang unik. Tidak banyak yang memakai nama itu. Saya bangga dengan keunikan saya.

Kemarin, tepatnya semalam, saya juga buat kesalahan. Saya memanggil mas untuk seorang kompasioner karena namanya ada kata ‘om’ (diedit). Saya betul-betul tidak melihat gambar profilnya. Di gambar itu ada foto kompasioner itu. Dan, teman itu yang menyadarkan saya. Dia itu bukan mas tapi mbak. Wah....saya disadarkan. Saya cek fotonya dan benar dia mbak. Saya mohon maaf padanya. Dan, dia terima.

Pelajaran dari pengalaman ini adalah pentingnya mengecek silang. Jangan hanya menafsir dari nama atau dari foto saja. Mesti cek gambar fotonya. Nama bisa mengecoh. Dan foto juga bisa mengecoh. Mas pakai foto mbak. Dan sebaliknya.

Kalau soal nama lain perkara. Nama sekarang ini sulit ditafsir mas atau mbak. Kadang-kadang nama cewek dipakai cowok. Nama cowok dipakai cewek.

Yang bagusnya adalah memakai nama asli sekaligus foto asli. Jadi jelas jenis kelaminnya. Dan, orang lain tahu. Tidak menerka. Dan jangan menerka. Mesti dicek.

Ini kesalahan atau mungkin kekeliruan terbesar saya di kompasiana. Boleh jadi kesalahan lain. Untuk hari ini cukup yang ini.

Salam kompasiana.

PA, 26/2/13

Gordi


Pernahkah mendapat komentar pedas atau kritik tajam di kompasiana? Jika pernah Anda tahu dan pernah merasakan tajamnya kritik/komentar itu. Jika belum siap-siaplah menghadapinya. Tetapi ada baiknya membaca tips sederhana ini. Mungkin tidak 100% persen berhasil, tetapi bagi saya, inilah yang sudah saya lakukan.

Pada awal bergabung di kompasiana, tidak ada komentar atau kritik pedas terhadap tulisan saya di kompasiana. Kebetulan, saya memang menulis yang ringan-ringan saja. Lagi pula, tulisan saya tidak ada yang menyerang orang/kelompok tertentu. Tidak ada tulisan yang menyalahkan sesama kompasianers. Saya tulis yang baik-baik saja. Saya pegang erat semboyan, Menulis untuk Menyebarkan Kebaikan bagi Pembaca.

Beberapa minggu terakhir, saya mendapat lebih kurang 3-4 kali komentar pedas pada tulisan saya. Sedikit mengarah pada adu-domba dengan komentar orang sebelumnya yang ada pada tulisan itu. Saya mengecek profil kompasianer itu. Ada yang tidak ada gambar fotonya. Ada juga yang identitasnya tidak jelas. Ada juga yang ada foto profil tetapi di setiap tulisannya selalu banyak komentar adu-domba. Singkatnya, komentator model terakhir ini banyak kontroversinya.

Saya pun setuju dengan pendapat beberapa teman bahwa mereka yang berkomentar adu-domba atau sengaja mengritik itu bukan akun asli. Akun mereka tidak jelas alias palsu. Entah sengaja dibuat untuk menyerang kompasioner tertentu ataukah memang ada tujuan lainnya juga.

Lalu bagaimana mengatasinya?

Saya tidak membalas komentarnya. Biarkan komentarnya ada di situ tetapi tidak perlu ditanggapi. Sebab, saya pernah membalas tetapi malah tambah gawat. Dia membalas dan makin tak terarah debatnya. Tidak ada solusi ke arah yang baik. Saya mengalah.

Dengan cara saya—mendiamkan saja—ini, ada beberapa akun palsu yang sadar. Dia tidak berkoemntar lagi di tulisan saya. Dia tahu, saya tidak akan mudah terpancing dengan komentar liciknya.

Ada pula yang muncul lagi di komentar orang lain yang saya balas. Saya tahu, dia masih mau ajak untuk berdebat. Lagi-lagi saya tak menggubrisnya.

Setelah itu, dia tidak datang lagi di lapak saya. Saya kira cara saya ini bisa teman-teman praktikkan. Tentu ada yang berhasil dan ada yang tidak. Beginilah cara saya mengatasi akun-akun yang bikin gerah di kompasiana ini.

Saya berpikir, untuk apa mereka bergabung di blog keroyokan ini jika tujuannya hanya mengadu domba orang atau hanya menciptakan masalah? Bukankah akan lebih elok jika kita saling membangun? Yang salah kita perbaiki. Yang kurang kita tambahkan, saling melengkapi, seperti suami dan istri yang saling melengkapi.

Tidak dilarang berbeda pendapat, tetapi mesti mau juga menerima perbedaan itu. Jangan karena beda pendapat, terpancing untuk menyerang yang lain. Juga, baik kalau dibaca seluruh isi tulisan sebelum memberi kritik. Kalau hanya membaca sebagian saja, lalu beri komentar, itu tidak elok. Saya ingat sewaktu kuliah dulu, seorang dosen kami menekankan, tidak dilarang berkomentar asal pahami dulu inti persoalan dalam bacaan/makalahnya. Kalau tidak, itu sama dengan berkomentar lepas.

Demikian tulisan berbagi pengalaman ini. Semoga bermanfaat. Selamat siang. Selamat Paskah untuk umat Kristiani yang merayakannya.

PA, 31/3/13

Gordi

Malam-malam begini enaknya apa yah???? Kalau mau hidup enak ada banyak pilihan. Jalan-jalan juga enak. Asal tidak macet seperti jakarta. Atau mau duduk tenang di rumah juga enak. Asal tidak bosan saja. Atau juga menonton TV sambil makan-minum yang ringan-ringan. Asal tidak bosan dengan program TV Indonesia yang kadang-kadang kurang mendidik.

Pilih mana??? Yang jelas semua punya risiko. Entah positif atau negatif. Entah yang menginspirasi atau tidak. Jadi pilihlah yang sesuai kebutuhan. Jangan sampai pilihan itu merugikan atau menyesatkan ke arah negatif. Hemmm pesannya demikian.

Kembali ke pertanyaan, malam-malam begini enaknya apa yahhh???

Saya pilih membuka-buka facebook saja. Tepatnya mengintip status teman-teman. Ada yang marah, kecewa, senang, galau, dan sebagainya. Macam-macam. Saya jadi tahu keadaan teman-teman saya. Tapi jangan menjadikan itu sebagai benar-benar terjadi. Kadang-kadang mereka asal tulis status saja. Namanya dunia maya.

Saya juga mengint-ipintip foto-foto profil yang aduhai. Ya menariklah. Ada foto gembira, kerja keras, perjuangan, santai, dan sebagainya. Kecanggihan teknologi membuat ekspresi semacam ini bisa diakses.

Pertanyaannya, benarkah semua itu nyata? Ataukah foto itu hanya sementara saja? Biar dilihat orang? Jadi ingat kata-kata seorang dosen dulu. Foto adalah pengabdian salah satu langkah manusia. Foto mematikan langkah perkembangan seorang manusia.

Demikian dengan gambar-gambar tadi. Gambar itu hanya menampilkan salah satu momen dari perjalanan hidup. Boleh saja menilai itu dibuat-buat dengan tujuan tertentu.

Ahhh daripada pikiran jadi rumit, cukup saya intip saja. Tak perlu menafsir lebih jauh lagi. Nanti pikiran ini bekerja keras. Ini hanya bagi-bagi pengalaman saja tadi. Pengalaman mengintip-intip status fb dikala tidak ada yang dikerjakan pada malam ini.

Selamat malam.

PA, 3/3/13
Gordi




Teman baru di kompasiana. Selalu ada setiap pekan. Kadang-kadang setiap hari. Akhir-akhir ini saya banyak permintaan pertemanan. Saya juga sering mengajak berteman.

Untuk yang meminta pertemanan boleh jadi karena membaca tulisan saya. Permintaan itu muncul dari mata turun ke dunia maya. Sedangkan untuk mengajak pertemanan saya juga membaca tulisan atau melihat profil.

Saya mengajak pertemanan bukan sekadar menambah jumlah teman. Tetapi untuk menjalin persahabatan. Saya termasuk pemuja slogan banyak teman, banyak tahu.

Pagi ini saya juga mendapat teman baru. Ada teman baru tidak berarti melupakan teman lama. Ya nama teman baru juga hanya sementara saja. Begitu diucapkan teman baru sebentar lagi akan menjadi teman lama. Jadi, sejatinya memang cukup disebut teman saja.

Demikianlah dinamika pertemanan di kompasiana. Tulisan ini dibuat karena belum ada ide pagi ini untuk membuat artikel. Kebetulan buka dashboard dan ada permintaan pertemanan. Ya lebih baik saya mengulas pertemanan saja daripada mencari ide baru.

Minggu pagi biasanya banyak ide. Tetapi tidak untuk pagi ini. Apalagi saya sebentar lagi mau ke tempat ibadat. Jadi, saya tinggalkan tulisan ini untuk pembaca sekalian. Selamat hari Minggu.

PA, 3/3/13
Gordi




Ngobrol juga perlu. Begitu kata teman saya dulu. Dia benar. Dia katakan itu pada teman saya yang sukanya membaca melulu. Jarang ikut bergabung nongkrong untuk sekadar berkelakar. Baginya, kelakar itu tak berguna.

Sekadar ngobrol memang dalam arti tertentu tak ada gunanya. Kalau hanya untuk habiskan waktu saja, tentu tak ada gunanya. Tapi kalau ngobrol dengan topik tertentu, tentu ada manfaatnya. Dari ngobrol bisa dapat gambaran tentang sebuah masalah. Ada kalanya seseorang mendekati teman baru dengan mengobrol.

Sekadar ngobrol demi mengusir kejenuhan juga tentu berguna. Jenuh dengan tugas seabrek yang mesti diselesaikan. Jenuh dengan jalanan yang padat. Jenuh dengan guru yang membosankan. Dan sebagainya. Lekaslah lepas pekerjaan itu, dan berhenti sejenak, ajak teman mengobrol.

Ngobrol bisa mengusir kebosanan, mendapat teman bicara, mendapat ilmu, mendapat masukan baru, mendapat ide baru, mendapat inspirasi baru. Tulisan ini juga muncul setelah ngobrol asyik dengan beberapa teman di facebook.

Jangan sepelekan ngobrol tetapi jangan mengobrol melulu sampai lupa pekerjaan utama.

Salam obrol....
PA, 28/4/13
Gordi



Ini sekadar sebuah tulisan yang mungkin tidak banyak bermanfaat. Tapi, saya yakin masih ada manfaatnya. Saya tulis ini sekadar untuk berbagi kepada pembaca. Maaf kalau yang saya tulis bukanlah hal yang luar biasa mengagumkan. Saya menulis yang sangat sederhana saja.

Sudahkah Anda bijaksana memakai barang elektronik khususnya telepon genggam? Saya yakin di negeri kita ini, soal barang ini, banyak yang tidak bijak. Lihat saja macam bentuk ketidakbijakan ini. Anak sekolah pakai hp untuk mengambil video porno dari internet. Ada juga keluarga yang retak gara-gara pesan singkat di hp. Dan sebagainya. Dari ini disimpulkan bahwa kita, sebagian dari kita rakyat di negeri ini, belum bijak memakai hp.

Saya bagikan pengalaman teman saya di Italia, bagaimana dia dan orang-orang di sana BIJAK memakai hp.

"Saya pakai hp hanya untuk pekerjaan saya," katanya. Dia menghubungi klien di tempat kerjanya dengan hp. Atau ada kesulitan dari rekan kerjanya, maka mereka menghubunginya lewat hp. "Saya tidak membeli hp ini tetapi memakai hp ini", sambungnya.

TIDAK MEMBELI, benar. Dia tidak membeli tetapai MEMAKAI. Tentu dengan membayar. Membeli hp berarti membayar sejumlah uang kepada pemilik hp dan kemudian hp akan menjadi milik pembeli. MEMAKAI yang ia jelaskan di sini maksudnya demikian. Ia memakai hp dan setiap bulan membayar sejumlah uang. Hp tetatp menjadi milik pemilik hp dan bukan miliknya.

Dia membayar dengan uang hasil kerjanya. Katanya lagi, "Jika saya tidak bekerja lagi, saya kembalikan hp ini." Woao.....bagus ya.. Andai di Indonesia ada penjual hp seperti ini, saya mau gabung. Membayar tiap bulan tanpa membeli.
Saya kira ini bentuk BIJAK dalam memakai hp. Hp dipakai sebagai sarana untuk menunjang pekerjaan. Bukan untuk yang lain seperti yang dibuat oleh sebagian dari pelajar di negeri kita ini. Memang beda. Pelajar di Italia tidak diijinkan memakai hp. Itu yang saya dengar dari cerita beberapa siswa di beberapa sekolah. Kalau mau menghubungi mereka, silakan lewat nomor telepon rumah. Atau nomor hp orang tua.

Bagaimana dengan kita di Indonesia? Di sini, anak kecil pun sudah bebas memegang hp. Ada yang menyindir KOLOT kalau belum pegang hp. Bahkan hp jadul pun juga dianggap kolot. Maunya hp mutakhir, serba baru, yang lengkap dengan elemen pemutar video. Ah semua ini hanya memperbudak pemakai hp saja.

Salam BIJAK.

Prm, 16/1/2014
Gordi


foto ilustrasi oleh boltron-
*catatan tentang facebook dan penggunanya

Facebook atau face to face?
Facebook, media yang kini kerap dikunjungi jutaan orang di seantero dunia. Media sosial ini masih di atas media lain misalnya Twitter. Facebook memang menawarkan beragam kemudahan. Ada pesan alias message, percakapan alias chatting, dan sebagainya. Semua isi perasaan tertumpah di media ini. 

Layaknya facebook dijadikan teman curhat (curahan hati), dan curper (curahan perasaan). Tak jarang ada olokan, seruan, ajakan, maki-makian, kata-kata kotor sebagai ekspresi marah, dan sebagainya. Meski demikian, di facebook pula orang mengumpulkan teman-tetamnnya menolong sesama. Singkatnya baik buruk ada di media ini. Media ini netral, manusialah yang mengubahnya sebagai tempat menanam kejahatan dan menanam kebaikan.

Dari dunia maya ke dunia nyata, mungkinkah? 
Di facebook hal ini mungkin dan bisa terjadi. Orang berkenalan di facebook lalu berlanjut dalam pertemuan di dunia nyata. Bertemulah kedua pribadi. Bukan lagi facebook tetapi face-to-face. Asal saja tak ada maksud jahat dibalik face-to-face itu. Kalau ini yang terjadi, facebook tetap tercoreng sebagai media yang kerap salah digunakan.
Facebook beralih ke face-to-face dalam bentuk lain adalah sapaan. Sapaan tidak berhenti di dinding facebook atau di kotak pesan. Sapaan itu mesti berlanjut di dunia nyata, menyapa di dunia nyata. Itulah sebabnya, orang bilang kalau Anda berkelana di dunia maya, jangan lupa mendarat di daratan. Daratan tetap menjadi habitat asli kita. Jangan sampai kita menyapa teman di seberang sana, sementara teman di samping kita abaikan. Ya…facebook layaknya menjadi awal menuju face-to-face.

Mari bersahabat dengan menggunakan media facebook sebagai ajang face-to-face. Face-to-face itulah realitas kita sebagai manusia yang bertubuh. Dalam facebook, tak ada manusia bertubuh. Yang ada hanyalah manusia berperasaan. Itulah salah satu perbedaan manusia dalam dunia maya dan dunia nyata. Filsuf Emanuel Levinas (1906-1995), pernah mengatakan orang lain adalah penampakan, epifani. Epifani berarti orang lain yang menampakan diri di hadapan saya. Penampakan orang lain menjadi sebuah panggilan bagiku untuk bertindak. Dalam relasi face-to-face ada tuntutan etis dan objektif. Orang lain adalah tanggung jawab saya.

CPR, 6/12/2011
Gordi Afri

foto oleh fauzi 1999
Beberapa hari belakangan beberapa kompasioners mengeluh soal kompasiana. Loadingnya lama dan kadang-kadang tidak bisa dibuka. Saya juga mengalami hal yang sama.

Kejadian seperti ini bukan hal baru. Selama saya bergabung di kompasiana, saya mengalami kejadian serupa lebih dari satu kali. Mau tidak mau sebagai kompasioner yang tidak membayar sesen pun, saya ikut mengalami ‘kemacetan’ itu. Inilah suka-dukanya bergabung dengan kompasiana. Suka karena mau tidak mau saya ikut dan mesti menyukainya. Kalau tidak suka lebih baik jangan bertahan di kompasiana. Dukanya tentu saja jelas. Saya tidak bisa memasukan tulisan, membaca dan mengomentasri tulisan kompasioners.

Setelah semuanya ini berlalu muncul tampilan baru di kompasiana. Kompasiana mempunyai konten baru yang tentunya membuat kompasioners merasa betah di blog keroyokan ini. Beberapa waktu lalu sebelum tampilan headline menjadi seperti sekarang ini, kompasiana juga sempat macet. Saya tidak tahu peristiwa pembaruan sebelumnya, apakah mengalami hal serupa juga atau tidak. Dari persitiwa ini saya menyimpulkan bahwa untuk melahirkan yang baru perlu usaha keras. Boleh jadi kompasiana macet karena pengurusnya sedang menyiapkan konten baru tersebut. Kompasiana bagaikan ibu hamil yang sedang lahir. Sakit…sakit…tetapi begitu lahir…munculah rasa senang.

Saya kurang setuju dengan reaksi kompasioners yang berlebihan tentang macetnya kompasiana dalam beberapa hari belakangan. Tetapi saya menghormati kalau itu sebagai reaksi manusiawi. Hanya saja caranya kurang enak jika caranya dengan membuat tulisan yang seolah-olah kita menjadi raja atas admin. Menuntut ini-itu padahal ini blog gratisan. Untung saja admin tidak menanggapi dengan reaksi keras serupa. Padahal kalau admin mau, dia bisa mengeluarkan kita dari komunitas ini. Kekerasan memang tidak perlu dilawan dengan kekerasan.

Saya salut dan berterima kasih kepada admin dan segenap pengelola kompasiana yang sudah memberikan tampilan baru di blog ini. Ini sebuah kerja keras dari admin plus disertai hujatan dan kritikan dari kompasioners yang tidak tahu seluk-beluk kinerja blog ini. Saya tahu ini pekerjaan sulit. Oleh karena itu, dalam setiap perubahan yang dibuat oleh kompasiana, saya mencoba untuk mengikutinya dengan senang hati. Kalau pun ada reasksi marah-marah, itu hanya reaksi manusiwi saya sebagai manusia normal. Saya tak perlu menghujat dan mengkritik kinerja admin karena saya tahu perubahan ini akan melahirkan sesutu yang baru. Terima kasih untuk admin kompasiana.

CPR, 8/6/2012
Gordi Afri

foto oleh Ryo Saeba
Tipuan licik melalui jasa pesan singkat masih saja terjadi. Tahun lalu, tipuan semacam itu banyak memakan korban. Iming-iming mengirim sejumlah uang karena menang undian, korban pun mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening yang tertera. Atau juga segera menghubungi nomor yang ditunjuk.

Sebelum ada peraturan baru yang mengatur biaya pesan singkat antara operator hp, perang gratis pesan singkat (sms) antara operator marak terjadi. Lantas, perang pesan gratis ini pun diduga menjadi biang keladi maraknya pesan singkat berisi tipuan licik itu.

Sekarang setelah peraturan itu diberlakukan secara resmi sejak tanggan 1 Juli lalu, pesan berisi tipuan licik itu masih terjadi. Kita pun bertanya, ada apa ini? Kita boleh menduga ini ada kongkalingkong antara operator dan penyedia layanan. Namun, ini perlu penyelidikan panjang dan jeli. Kalau tidak dugaan itu bisa salah.

Saya pernah mendapat pesan seperti di bawah ini, 6 tahun lalu. Waktu itu bapak saya menggunakan nomor baru dan seminggu kemudian ada pesan serupa. Saya mencoba menghubungi nomor bersangkutan dan diterima. Bapak yang menerima telepon itu memberi alternatif kepada saya, dikirim ke nomor rekening bapak atau sebagiannya disumbangkan ke panti asuhan. Kemudian dia meminta saya menyebutkan nomor rekening. Untung saja waktu itu bapak saya lupa nomor rekening sehingga tidak melanjutkan prosesnya.

Kalau dicermati dengan baik sebenarnya kita bisa menduga kalau pesan seperti itu hanyalah tipuan belaka. Sebelumnya mari kita perhatikan pesan singkat di bawah ini yang dikirim pada 7/72012, 12.48 pm dari nomor 082330641594.

SELAMAT!!anda Men-dpt HADIAH Rp. 75jt dari TELKOMSEL,poin Di undi tadi mlm Pkl,23:30/RCTI.Hub”kantor”pst 0852-2429-9898 Ir.H.MULYADI.

Kita bisa bertanya, pertama, mengapa undiannya dibuat pada larut malam? Biasanya undian untuk mendapatkan hadiah ditayangkan pada jam-jam di mana orang bisa menyaksikannya. Bukan pada tengah malam. Kalau diundi tengah malam bisa diduga kalau itu tingkat kerahasiaannya tinggi. Pada jam seperti itu, banyak pemirsa yang sudah tidur. Jadi, apakah undian itu dianjurkan untuk tidak disaksikan oleh banyak orang? Ini satu kejanggalan.

Kedua, mengapa nomor kantor pusat panitia pengundi berupa nomor hp? Biasanya nomor kantor pusat sebuah badan usaha adalah nomor telepon rumah. Kalau pun ada nomor hp yang bisa dihubungi, itu hanya nomor sampingan. Nomor utama tetap berupa nomor telepon rumah/kantor. Ini juga sebuah kejanggalan.

Ketiga, kalau hadiahnya dari TELKOMSEL, mengapa tidak dianjurkan untuk menghubungi call-center TELKOMSEL? Ini berarti pihak penyelenggara bukan TELKOMSEL, dan ini ilegal.

Keempat, tentang menghubungi nomor secara gratis. Ini yang saya alami 6 tahun lalu. Pesannya waktu itu hampir sama dengan pesan di atas. Hanya ada tambahan, silakan menghubungi call-center dengan nomor 081xxxxxxx, gratis-bebas pulsa. Nah, waktu dihubungi ternyata keluar pulsa. Dari sini kita bisa menduga ini sebuah tipuan.

Dengan mencermati 4 kejanggalan di atas, kita menyimpulkan bahwa pesan singkat itu merupakan bentuk tipuan licik. Segeralah sadar kalau itu tipuan. Kerapkali kita tidak sampai melakukan pengecekan seperti di atas sehingga kita cepat-cepat memberikan nomor rekening.

Selain itu, biasanya pesan seperti ini dikirim kepada pelanggan baru. Kami pernah mencoba membeli beberapa nomor baru. Dan, hampir semua nomor itu dikirimi pesan serupa. Satu minggu setelah kita mengaktifkan nomor baru, pesan seperti ini bisa muncul. Sebagian besar dikirim sekali. Tetapi, ada juga yang dua kali dikirimi pesan serupa dalam selang waktu tertentu.

Ini hanya sekadar bagi-bagi (share) pengalaman. Semoga bermanfaat dan kita tidak tergoda untuk jatuh dalam tipuan licik itu.

CPR, 9/7/2012
Gordi Afri



foto oleh Wiwin Adinata Marpaung
Akun kloning. Istilah yang sudah lama saya dengar. Tetapi sebenarnya saya tidak terlalu tahu seluk beluk akun kloning ini. Memang saya tidak mau tahu juga. Cukup tahu saja, akun kloning ini bukanlah akun asli. Boleh jadi itu adalah akun yang ke sekian dari satu pemilik.
Dengan informasi itu, saya merasa cukup. Toh, saya tidak peduli dengan akun semacam ini. Saya juga belum pernah, selama ini, berinteraksi dengan akun kloning. NAmun, semalam, saya dapat informasi tentang akun kloning. Seorang kompasioner mengabarkan bahwa ada akun kloning dalam tulisan saya. Dia mengomentari tulisan saya panjang lebar.

Tulisan saya 2 hari yang lalu diramaikan dengan beragam komentar. Sampai saat ini, ada 127 komentar yang ditulis. Sumbangan terbanyak adalah dari akun kloning itu. Dan juga saya sebagai penanggapnya. Saya tidak menyebut dia akun kloning. Tetapi seorang kompasioner yang berbaik hati mencoba meneliti, menyelidiki akunnya. Akun itu dibuat kemarin dan belum ada tulisan artikel. Yang ada hanya komentar dan jumlah komentar itu pas dengan jumlah komentarnya di tulisan saya. Ini hasil penelitian dari seorang kompasioner yang berbaik hati kepada saya. Dia rela meluangkan waktu untuk menyelidiki akun misterius itu.

Inilah profil akun itu. Namanya  Lestari Indah. Boleh jadi namanya sebentar lagi diganti lagi. Ada satu komentator lagi yang ikut berkomentar pada tulisan saya itu. Sempat terjadi diskusi panjang sekaligus debat juga. Tetapi dia akhirnya berhenti berkomentar. Sempat ganti nama profil beberapa saat setelah berdebat via komentar. Tetapi, hari ini, nama profil aslinya sudah muncul lagi. Hanya saja foto profilnya langsung diganti sejak kemarin itu.
Akun kloning ini juga lama berdebat dengan saya. Ciri khasnya adalah tidak mau kalah. Dia melontarkan komentar tetapi komentar lepas, tidak menjelaskan secara runut dan detail. Dia juga dengan percaya diri memamerkan profesinya sebagai guru bahasa Indonesia. Namun, sebelumnya dia ccenderung memarekan diri sebagai seorang dokter atau tenaga medis. Dia membela profesi dokter tetapi pada saat yang sama dia juga memamerkan profesi sebagai guru bahasa Indonesia.

Ketika beradu argumen, dia tidak bisa menjawab pertanyaan saya. Tetapi dia tangkas menjawab berulang kali, saya sudah menjelaskan semuanya itu. Saya pun sudah mulai bosan berdebat karena dia tampak seperti petinju yang bertahan bukan karena menampung kekuatan tetapi karena kehabisan tenaga.

Saya cenderung setuju dengan hasikl penelitian seorang kompasioner tadi. Itu adalah akun kloning. Akun yang dibuat untuk menyerang orang lain dengan kata-kata yang kurang bahkan tidak sopan. Alur bicaranya tidak jelas.

Jadi, ternyata akun kloning ini masih berkeliaran di kompasiana ini. dugaan sementara akun kloning ini adalah tidak ada tulisan, banyak komentar. Memang ada akun asli yang hanya berkomentar saja. Tetapi tetap perlu diwaspadai jika tidak ada tulisan. Mesti hati-hati jika ada komentator tulisan kita yang tidak pernah menulis tetapi banyak komentar. Tidak semua akun yang tidak ada tulisan disebut kloning. Tetapi beberapa akun semacam ini perlu diwaspadai. Sebelum kita terjebak dalam debat tak berguna dengan orang-orang semacam ini, lebih baik kita bersabar dan berwaspada.

PA, 10/9/2012
Gordi Afri

foto oleh An An S. Arto
Setiap pekan selalu ada topik hangat yang dibicarakan. Ini menjadi pusat perbincangan masyarakat. Biasanya isu seperti ini menjadi terkenal dan gaungnya menggema. Dengan sedikit sentuhan pembicaraan, masyarakat luas langsung meributkannya. Ribut dalam pengertian dengan ramai membicarakannya. Kabar angin untuk setiap isu pun bermunculan. Berbagai mitos juga tercipta. Ini tentang topik yang sedang ramai diperbincangkan di masyarakat. Meski alat komunikasi semakin canggih, kabar angin tentang sebuah topik masih mendominasi dunia informasi.

Dua topik hangat yang dibicarakan minggu adalah tentang pemilihan kepala daerah di Jakarta dan PON Riau juga pertandingan sepak bola di 3 negara Eropa yakni Inggris, Italia, dan Spanyol. Kalau dirangkum akan menjadi 2 yakni dalam negeri dan luar negeri. Tetapi kalau dipisahkan satu per satu menjadi 3. Pilkada, PON, dan pertandingan sepak bola. Daripada banyak, sepakat saja menjadi 2 topik hangat.

Isu PON Riau menjadi perbincangan banyak orang. Ada kritikan, ada pujian untuk atlet, ada saling mempermasalahkan karena gagal meraih prestasi, ada keluhan atlet, dan sebagainya. Semuanya menjadi informasi. Informasi yang kadang-kadang mencengangkan masyarakat luas. Penyebabnya adalah banyaknya sumber informasi.

Lain lagi dengan isu pilkada Jakarta. Ada adu pendukung kedua kubu. Ada perbedaan pendapat soal pelaksanaan kampanye. Ada keributan soal pelanggaran kampanye dan penyebaran spanduk. Ada adu ide tentang perbaikan Jakarta. Ada adu perang klaim keberhasilan, dan sebagainya. Semuanya mendominasi pemberitaan di media elektronik dan media massa.

Di sisi lain muncul juga spekulasi soal pemenang sebuah pertandingan. Ada adu sorak-sorai dalam mendukung kelompok favoritnya. Ada adu ejek karena gagal memenangkan pertandingan. Paling enak memang hidup tanpa memihak satu klub. Atau mendukung yang kalah, seperti yang sering dibuat seorang teman saya. Buat apa mendukung yang menang, katanya. Kita mendukung yang salah biar kelak menjadi pemenang.

Inilah topik terhangat yang ramai dibicarakan orang. dari pemilik warung sampai anggota DPR penggemar sepak bola, dari tukang becak hingga pemimpin perusahaan, dari tukang ojek hingga politisi. Beginilah suasana hidup dalam dunia serba informasi. Lambat sedikit akan dibilang telat, basi. Padahal informasi mendalam justru dengan mencermati perkembangan informasi. Bukan soal cepat tetapi soal kualitas, keakuratan informasi.

—————————————————–
* Ocehan malam menjelang istirahat setelah lelah beraktivitas seharian. Selamat malam buat pembaca. Kalau sempat dibalas sapaannya. Kalau tidak, selamat beristirahat. Semoga esok pagi bangun dengan semangat baru.

PA, 16/9/2012
Gordi Afri

Wah….tulisan kita di kompasiana ternyata benar-benar dilirik orang. Boleh jadi mereka ini berasal dari luar lingkungan kompasiana. Jadi memang tulisan kita tidak hanya dinikmati oleh kalangan kompasiana.

Ada juga yang tidak hanya sebatas melirik. Kalau melirik kan itu sah-sah saja asal tidak mengganggu yang lain. Ternyata ada yang setelah melirik jatuh hati. Jatuh hati pada tulisan. Beruntung kalau juga jatuh hati pada penulisnya. Ya siapa tahu bisa bertemu penulis karya itu misalnya.

Saya tadi benar-benar heran ketika membuka google. Saya klik nama saya dan keluar satu blog yang menampilkan nama saya. Ada beberapa situs yang mencantumkan nama saya. Ada kompasiana, ada 2 blogspot, ada facebook. Namun ternyata ada juga blogspot baru. Di luar dugaan saya. Dua blospot yang lain memang menjadi milik saya. Namun yang ketiga ini di luar pengetahuan saya.

Setelah diteliti memang benar nama saya di situ dicantumkan. Pengelola blog mengambil satu karya tulis saya di kompasiana ini. wah…..kaget sekaligus bangga. Meski hanya mengambil salah satu.

Tulisan itu rupanya menarik pengelola blog puisi ini. judul yang saya buat memang menarik, PEMUJA GADIS CANTIK. Isinya juga cukup menakjubkan. Ini menurut saya dan beberapa komentar teman. Boleh jadi atas dasar itu pengelola blog ini mengambil karya itu.

Mereka mempertahankan judul. Jadi judul tetap dan nama saya juga dicantumkan. Ini namanya bukan penjiplakan. Bahkan di bawah tulisan ada keterangan sumbernya dan peringatan dilarang mengubah nama pengarang.

Boleh jadi karya tulis yang lain sudah dan akan diambil oleh pengelola blog di luar kompasiana. Tidak dilarang asal bertanggung jawab. Nama sumber tetap dicantumkan demi menjaga otentisitas karya tulis itu.

————————
Obrolan malam

PA, 13/10/2012
Gordi Afri

*Tulisan ini dimuat juga di blogkompasiana pada 24/10/2014 

Beberapa hari belakangan saya dapat sms dari nomor tak dikenal. Sms itu berisi berita. Kebanyakan berita agen perjalanan. Ada juga promosi liburan, tiket murah, agen pulsa, dan sebagainya. Kalau dikumpulkan jadi banyak.

Saya memaklumi munculnya sms itu. Menjelang akhir tahun, musim liburan menjadi agenda yang ditunggu-tunggu. Agen perjalanan pun bekerja hiruk pikuk mencari pelanggan. Dari situ mereka dapat keuntungan. Memberikan jasa biro perjalanana lalu memperoleh bayaran.

Ada informasi menarik tentang harga tiket kapal, harga pulsa dan sebagainya. Semua informasi sms itu memudahkan pelanggan. Isi pulsa saja bisa lewat internet. Tak perlu ke tempat jualan pulsa lagi. Demikian juga dengan informasi perjalanan. Tinggal mengklik situs yang diberikan, ada informasi yang bisa membantu kita.

Ada yang menanggapi dengan negatif munculnya sms seperti ini. Persoalannya jelas, mengapa muncul setiap hari. Saya pun demikian pada awalnya.

Tetapi saya bosan menilai seperti itu. Dilapor kok kadang-kadang tidak mempan. Maka, saya beralih, melihat sisi positifnya. Sms itu muncul setiap hari. Okelah gak usah ditanggapai saja. Cuek saja. Asal kita dapat informasi. Sekadar membaca tak apa-apa. Jangan tergoda pula untuk meneruskan mengklik link yang ditawarkan.

Anggap saja isi sms itu sebagai info menarik. Menarik untuk dibaca dan bukan untuk ditindaklanjuti.

Inilah yang namanya membanjirnya informasi. Informasi yang tak diperlukan pun datang setiap hari.

PA, 3/12/12
Gordi  

Powered by Blogger.