Halloween party ideas 2015



Kita sudah siap menulis skripsi. Buku sumber dan bahan lainnya sudah ada. Ibarat anak kecil, kita masih membutuhkan bimbingan. Maka, kali ini akan dibahas bagian ketiga yakni mencari dosen pembimbing.

Dosen pembimbing adalah orang yang bisa ditanyakan kalau ada kesulitan dalam penyusunan skripsi. Kita membuka konsultasi dengannya. Entah menyangkut bahan, metode, buku sumber, dan sebagainya. Singkatnya, dia-lah penjaga gawang dalam permainan kita menyelesaikan skripsi itu.

Di kampus kami ada kebijakan satu dosen hanya boleh membimbing maksimal 5 mahasiswa. Ini menjadi ketetapan kampus. Tentu pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi lapangan. Maksudnya? Maksudnya bahwa ketentuan itu dalam kondisi tertentu bisa diubah dalam pelaksanannya. Dalam peraturan baku tentu saja tidak tetapi dalam pelaksannya bisa.

Contohnya kalau banyak mahasiswa yang mengambil tema yang hampir sama dan kebetulan dosen yang mengampu mata kuliah bertema demikian hanya satu. Maka, dalam hal ini ada kebijakan kampus dan dosen pembimbing bersangkutan. Tetapi ini sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, alangkah baiknya kalau kita mencari dosen pembimbing jauh-jauh hari. Ingat bahwa ini bagian dari persiapan.

Untuk mencari dosen pembimbing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Carilah dosen pembimbing yang tidak terlalu sibuk dengan kegiatan di luar kampus. Misalnya ada dosen yang sekaligus aktivis atau pembawa seminar di mana-mana. Bukan berarti kita anti dengan dosen berkaliber semacam itu. Bukankah dosen itu sudah teruji kehebatannya?

Tentu saja dosen seperti itu hebat dan berkaliber. Tetapi kehebatannya belum tentu nyata juga dalam membimbing mahasiswanya yang menyelesaikan skripsi. Boleh jadi bahwa dosen itu rajin membawa seminar sehingga banyak waktunya tersita untuk persiapan seminar dan pembawaan seminar. Nah, kalau begini boleh jadi waktu untuk membimbing mahasiswa berkurang. Bayangkan saja hasilnya kalau kurang dibimbing. Ibarat anak kecil yang kurang diasuh, mahasiswa itu nanti mengalami banyak kendala.

Selain dari dosen, kita juga mesti tahu jadwal dosen. Kapan dia ada di kampus, kapan dia tidak ada. Perhatikan jadwal mata kuliah di kampus. Bila perlu bertanya ke pihak sekretariat jika kesulitan mencari dosen. Sebaiknya kita sendiri tahu alamat email, alamat rumah dosen, juga nomor hp dan nomor telepon yang bisa dihubungi. Dengan demikian kita tidak menghabiskan waktu lama dalam keadaan bingung karena tidak bisa mencari jalan keluar.

Tetapi cara unik yang paling ampuh adalah sering-seringlah bertemu dosen pada saat yang tepat. Keseringan bertemu mengubah cara pandang dosen terhadap mahasiswa yang dibimbingnya. Boleh jadi dia akan menilai kita sebagai orang yang semangat mencari ilmu. Lihat saja orang yang banyak bertanya akan mendapat banyak pengetahuan baru. Banyak bertanya berarti banyak keinginan untuk tahu.

Namun, perlu diperhatikan jadwal dosen. Jangan sampai kunjungan kita ke kantornya mengganggu kesibukannya. Ini yang kadang-kadang membuat dosen pembimbing agak kesal. Dengan kata lain, kita mesti memperhatikan dan bila perlu harus menghafal ‘bahasa tubuh’ dosen itu. Bagaimana kebiasaannya waktu senang, susah, sibuk, dan sebagainya. Jadi, antara dosen dan mahasiswa ada saling pengertian. Keberhasilan skripsi sebagiannya ada di tangan dosen pembimbing meskipun sebagian besar ada di tangan penulis skripsi. Salam, 18/3/2012 Gordi Afri.***



Contoh buku sumber 
Pada bagian pertama kita sudah melihat uraian tentang skripsi dan modelnya. Lebih kurang dua model yang diuraikan plus satu model lain yang disinggung secara singkat. Pada bagian kedua ini akan diperlihatkan langkah berikutnya setelah menemukan tema skripsi yakni mencari buku sumber.

Mencari buku sebagai sumber penulisan skripsi bukanlah perkara mudah. Kalau mencari buku bacaan berbobot tentu gampang. Namun, mencari buku untuk bahan skripsi tidak gampang. Beberapa teman mengatakan ada banyak buku yang menarik untuk dijadikan bahan skripsi.

Namun, sangat sulit menentukan buku mana yang paling cocok dengan tema yang ditulis. Di perpustakaan tersedia banyak buku. Kitalah yang memilihnya. Ada cara menarik yang dilakukan seorang teman yakni meminjam 3 buku setiap 2 hari. Buku-buku itu dibawa ke rumah lalu dilihat satu per satu. Dari tiga buku yang dipinjam ada satu yang cocok untuk tema skripsinya. Dua hari lagi dia pinjam buku lain, lalu melihat secara pintas isi buku. Dengan cara ini dia mendapat gambaran tentang buku yang akan ia pilih.

Selain di perpustakaan, kita bisa mencari buku itu di internet. Ada banyak buku berupa file pdf yang tersedia di internet. Kita pun bisa dengan mudah mengecek isi buku. Misalnya menulis tentang masalah ateisme. Klik kata ateisme atau ateism di google-book, amazon.com, atau gigapedia. Akan keluar banyak buku dengan tema ateisme. Pilihlah salah satu yang paling cocok untuk tema yang kita pilih.

Buku yang dipilih menjadi penentu seberapa jauh batasan masalah yang akan dibahas dalam skripsi itu. Mencari buku sumber wajib hukumnya bagi mereka yang menulis skripsi dengan model laporan buku (book report). Buku itu menjadi sumber utama selain dari buku atau referensi lain untuk melengkapi bahan skripsi. Bagi mereka yang menggunakan model tematis juga tentu membutuhkan lebih banyak bahan referensi. Jadi, kedua model yang dipilih sama-sama membutuhkan buku sumber.
Kadang-kadang muncul persoalan di tengah jalan. Misalnya, ada usulan untuk mengganti buku. Alasan yang muncul seperti bahannya terlalu sulit atau kurang cocok atau tidak relevan, dan sebagainya. Bagi saya, hal ini muncul karena kurang jeli memilih buku sumber. Memilih buku berarti mengetahui gambaran lengkap isi buku.

Ada banyak cara mengetahui gambaran lengkap seluruh isi buku. Beberapa orang mengusulkan membaca pendahuluan, daftar isi, dan kata penutup. Yang lain lagi dengan melihat komentar orang tentang buku itu. Yang lain lagi dengan mencari buku-buku dengan etma yang sama lalu mencari di daftar pustaka buku itu. Kalau buku yang kita pilih terdaftar di situ berarti buku itu berbobot.

Saya terserah saja, mana yang lebih gampang. Tetapi yang paling penting menurut saya adalah penulis skripsi mesi tahu batasan masalah yang ada dalam buku yang dipilih. Setiap buku mempunyai kelemahan dan kelebihan. Inilah yang mesti diketahui oleh penulis skripsi. Setelah menemukan buku sumber, kita akan melihat langkah berikutnya nanti. Sebelum mengakhiri uraian singkat ini saya mengucapkan selamat mencari buku sebagai referensi menulis skripsi. Salam, 11/3/2012 Gordi Afri.***

Menulis Skripsi (1)


Sumber gambar di sini
Skripsi merupakan karya tulis ilmiah terakhir mahasiswa di perguruan tinggi. Mereka yang pernah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi—entah selesai atau tidak—pasti mengenal kata skripsi ini.

Ketika masuk perguruan tinggi bayangan membuat skripsi pasti sudah muncul. Saya pun ketika tahun pertama sudah membayangkan akan membuat skripsi. Apalagi beberapa teman di tingkat akhir sudah mewati-wanti untuk membaca banyak buku sejak awal kuliah sehingga tidak sulit membuat skripsi.

Meski demikian, saya baru menemukan tema skripsi pada tahun kedua kuliah. Ada banyak pilihan tentunya, sebanyak mata kuliah yang dipelajari. Pada akhirnya, hanya boleh pilih satu sebagai tema skripsi.

Setelah mendapatkan tema skripsi, saya bergegas mencari buku di perpustakaan. Ada banyak buku yang menyediakan tema yang saya pilih. Lagi-lagi saya mesti memilih satu dari yang ditawarkan. Karena saya membuat model skripsi laporan buku, maka saya harus mengecek semua skripsi di perpustakaan. Jangan-jangan buku yang saya gunakan sudah dijadikan bahan skripsi.

Model lain dalam mebuat skripsi adalah tematis. Maksudnya, kita memilih satu tema lalu sumbernya diambil dari berbagai macam referensi. Beda dengan model laporan buku di mana kita hanya menguraikan ulang pemikiran penulis buku. Keduanya tentu mempunyai kekurangan dan kelebihan.

Yang lebih penting adalah menemukan tema. Setelah tema ditemukan barulah kita memikirkan modelnya, laporan buku atau tematis. Tema yang dpilih mesti sesuai dengan minat kita. Kalau tidak, akan banyak kesulitan yang tak terpecahkan dalam penyelesaiannya nanti. Sebaliknya, jika tema itu sesuai minat, kesulitan apa pun yang dihadapi pasti akan kita selesaikan dengan usaha keras.

Model skripsi yang saya tulis di sini adalah model yang digunakan di kampus kami. Tentu ada model lain—tetapi di luar kampus kami—seperti laporan penelitian lapangan misalnya. Model ini juga menarik untuk dikaji. Seorang teman saya pernah bercerita tentang suka-dukanya bertemu narasumber yang akan diwawancarai. Ada penolakan, pengabaian, penundaan, dan pe pe lainnya yang mebuatnya hampir putus asa. Di sinilah kesabaran ditempa.

Selain menemukan tema, hal penting lainnya dalam membuat skripsi menurut saya adalah kemauan yang kuat untuk menyelesaikannya. Tantangan adalah refren yang selalu muncul di setiap model skripsi. Jadi, jangan menganggap model laporan lapangan atau laporan buku lebih sulit dari tematis. Seperti sudah dikatakan, setiap model mempunyai kekurangan dan kelebihan. Akhirnya, selamat membuat skripsi bagi teman-tema mahasiswi/a. Saya sedang menyelesaikan skripsi saat menulis seri pertama dari Serial Kiat Sukses Menulis Skripsi ini. Ini sekadar bagi-bagi pengalaman. Hal lain seputar tema-tema tentang penyelesaian skripsi akan saya bahas pada bagian berikutnya. Salam, 10/3/2012 Gordi Afri.***


Pajak, kata yang sering terdengar di telinga kita akhir-akhir ini. Sebenarnya mulai tahun lalu, sejak kasus Gayus Tambunan, kata pajak ini sering terdengar.

Kata itu kiranya bukan mampir begitu saja di telinga kita. Kata itu membawa pesan penting bagi kita. Kata pajak mengingatkan kita akan orang-orang terkait. Ya, itu tadi, mulai dari Gayus yang diduga mengorupsi uang pajak. Dia, yang adalah pegawai di kantor pajak, ternyata mengambil uang rakyat. Uang hasil pajak yang disetorkan rakyat kepada negara.

Malang sekali nasib rakyat, sudah bersusah-susah mencari uang, membayar ke negara, ternyata uang itu hilang tanpa jejak. Begitulah Gayus berkiprah.

Tahun ini, ‘gayus-gayus’ lain mulai muncul. Ada Dhana Widyatmika, pegawai pajak juga, yang akhir-akhir ini namanya muncul di media massa. Kiprah Dhana hampir sama dengan Gayus, mengorupsi uang rakyat. Jika kasus ini berantai, maka, masih ada giliran berikutnya lagi. Ibarat rantai-bulat, jika salah satu pengaitnya putus, pengait yang lain akan terlepas.

Begitulah kiprah dua pegawai pajak akhir-akhir ini. Ada penyidik yang menangkap aksi mereka. Gayus kini ditahan dengan hukuman penjara (dengan 4 tuduhan) lebih kurang 28 tahun. Bukan hanya itu, hartanya yang diduga terkait dengan uang pajak akan ditarik ke kas negara. Tak heran jika ada komentar, ini model pemiskinan koruptor.

*Semua gambar dari google
Kita tunggu giliran ‘gayus-gayus’ berikutnya (termasuk Dhana yang kini sedang diselidiki) diteliti dan diadili dengan hukuman setimpal. Ide pemiskinan koruptor kiranya tidak salah untuk memberi efek jera bagi para koruptor. Bukan berarti menguras semua hartanya, tentu saja, toh koruptor juga punya penghasilan yang wajar. Hanya saja tampaknya juga tidak boleh dihalang jika negara menyita semua aset yang terbukti berasal dari uang korupsi.

Dari rakyat untuk rakyat
Slogan pajak “dari rakyat untuk rakyat” kiranya kurang bergema untuk saat ini. Rakyat tentu saja kecewa melihat kiprah pegawai pajak kita. Bisa jadi, slogan ini diubah jadi, “dari rakyat untuk pegawai pajak”. Tidak salah memang! Rakyat lelah dengan perjuangan mencari nafkah masih juga dibebani dengan praktik kotor aparatur pajak.

Dampak tidak langsung dari kasus ini adalah pemiskinan rakyat. Mana yang dipilih sekarang, pemiskinan koruptor atau pemiskinan rakyat? Rasanya kurang cocok untuk pilihan kedua. Namun, bagaimana pun, kiprah pegawai pajak ‘model gayus’ ini justru memiskinkan rakyat. Seolah-olah negara tidak memerhatikan rakyatnya. Alih-alih kekurangan dana padahal dananya dicuri sang koruptor. Wahai koruptor berhentilah!! Ingat perjuangan kami rakyat kecil. Rakyat menabung untuk dikembalikan bukan untuk dijadiakn milik pegawai pajak.

CPR, 8/3/2012

Gordi Afri
Powered by Blogger.